Sexy Banget

Rabu, 27 Oktober 2010

Rasulullah saw. Seorang Ummi


Disebabkan pengaruh Yahudi dan Kristen begitu kental, maka para orientalis berpendapat bahwa tidak mungkin Muhammad itu buta huruf Ia pasti tahu membaca. Salah se­orang orientalis yang mengemukakan bahwa Muhammad bukan seorang ummi adalah Abraham Geiger. Menurut Geiger, terdapat hubung kait yang rapat antara kata ummi dengan 'am-ha-ares.50
Noldeke dan Schwally berpendapat ayat-ayat yang ber­kaitan dengan ummi adalah dalam periode Medinah. Dalam pandangan Noldeke, konsep ummi di dalam Al-Qur'an adalah konsep yang bertentangan dengan ahlul kitab. Maksudnya, ummi merujuk kepada sebuah masyarakat tanpa wahyu. Schwally menganggap bahwa ummi berasal dari umma (bang­sa, masyarakat) dan ini parallel dengan bahasa Yunani kuno (laikhos) dari (laos) yang artinya masyarakat. Paralel juga dengan bahasa Syiriak-Aramaik `almaya (saecu­laris). Schwally, tanpa menjelaskan lebih lanjut juga merujuk kata ummi kepada kosa kata Ibrani, 'arn-ha-ares.51
Menurut Hirshfeld, Muhammad bisa membaca dan menu­lis. Dalam pandangan Hirshfeld, Muhammad mengetahui aksara Ibrani tatkala berkunjung ke Syiria. Selain itu, fakta menunjukkan Muhammad bisa menulis ketika di Medinah. Sulit dipercaya, tegas Hirshfeld, jika Muhammad tidak bisa menulis ketika ia berusia di atas 50 tahun. Selain itu, Hirshfeld berpendapat banyaknya nama-nama dan kata-kata yang di­ungkapkan di dalam Al-Qur'an menunjukkan Muhammad salah membaca catatan-catatannya yang dibuat dengan tangan yang tidak memiliki skill (The disfigurement of many Biblical narnes and words mentioned in the Qur'an is due to misrea­dings in his own notes rnade with unskillful hand).52
Menegaskan lagi pengaruh agama Yahudi kepada Muhammad, Horovitz berpendapat Muhammad salah paham ketika mendengar kata "ummi" dari Yahudi di Medinah. Muhammad mencampuradukkan dua istilah Ibrani yaitu ummot ha'olam dan 'am-ha-ares, sekelompok Yahudi yang tidak mengikuti isi kitab suci dan mengeluarkan pernyataan­pernyataan sesuai dengan hawa nafsu mereka. Menurut Horovitz, Surah al-Jumu`ah ayat 2 menyebutkan: "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf (ummiyyun) seorang Rasul di antara mereka..." Oleh sebab itu, lanjut Horovitz, Muhammad menyebut dirinya sendiri sebagai "al-nabiyy al­ummiyy" sebagaimana disebutkan di dalam al-A`raf ayat 156 dan 158 karena Muhammad berasal dari Arab, bukan dari Is­rael. Horovitz menafsirkan lebih jauh lagi surah Ali Imran ayat 20 yang artinya: "Kemudian jika mereka mendebat kamu, maka katakanlah: Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan orang-orang yang mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang­orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam." Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."
Horovitz menafsirkan kata "ummiyyun" pada ayat di atas sebagai "ummot ha-olam " masyarakat yang tidak diberi kitab, berbeda dengan para umat yang terdahulu yang menerima kitab. Menurut Horovitz, berbeda dengan ayat yang telah disebutkan, makna ummiyyun di dalam al-Baqarah ayat 78, yang artinya: "Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga," sama sekali berbeda. Dalam pandangan Horovitz, makna "ummiyyun" pada ayat ini adalah merujuk kepada sekelompok Ahlul kitab yang tidak mengetahui kitab suci. Bagi Horovitz, mereka ini adalah 'am-ha-ares, sekelompok Yahudi yang tidak mengetahui dan mengikuti Taurat, namun mengikuti hawa nafsu mereka. Horovitz berpendapat Muhammad bingung ketika mendengar kedua istilah; ummot ha'olam dan'am-ha-ares. Horovitz menyimpulkan Muhammad tidak mampu membe­dakan kedua istilah tersebut.53
H. G. Reisner berpendapat lebih jauh lagi. Menurut Reis­ner, makna ummiyyun di dalam 2: 78 mencakup seluruh Yahudi di Hijaz karena status mereka adalah 'am-ha-ares. la juga mengungkap bahwa "umma" dan kosa kata Ibrani 'am­ha-ares, mengimplikasikan jenis manusia yang bukan per­kotaan, bukan pelaku bisnis, bukan intelektual dan bukan juga yang canggih.54
Berbeda dengan Reisner, Alfred Guillaume berpendapat kata ummiyyun itu bukanlah Yahudi sepenuhnya. Mereka adalah Gentiles, yaitu orang-orang orang yang memeluk Yahudi, namun mereka bukan berasal dari masyarakat Israel, tetapi dari bangsa-bangsa lain.55
Berbeda lagi dengan pendapat di atas, Khalil 'Athamina menyimpulkan Muhammad bukanlah ummi. Alasannya, se­cara tata bahasa, bentuk the present participle dalam bahasa Arab bisa merujuk kepada sesuatu perbuatan yang akan datang. Pada saat Jibril menyuruh Muhammad membaca, ia menolak untuk membaca karena terkejut dengan panggilan Jibril. Jadi, Muhammad tidak membaca karena pada saat itu ia tidak membaca, bukan karena ia tidak bisa membaca. Khalil menulis: "In any case, the sentence ma ana bi-qari' "does not necessarily mean that the Prophet did not know how to read; it is highly probable that he intended to express his refusal to read at that moment' having been surprised by the call of the angel. In other words, the Prophet intended to say: "I am not going to read. " The present participle in this sentence, as in similar sentences, transfers the time of action to the future."56
Kesimpulan para orientalis Muhammad bukanlah seorang ummi tidaklah tepat. Menurut al-Zajjaj, "kata ummi berarti ummat yang kondisinya seperti saat dilahirkan oleh ibu, tidak mempelajari tulisan, dan tetap seperti itu hingga dewasa."57 Dalam pandangan lbn Manzur (m. 711 H), kata ummi ber­makna tidak bisa menulis. Mengomentari surah al-`Ankabut ayat 48, Ibn Manzur menyatakan Nabi Muhammad disebut ummiyy karena umat Arab tidak bisa menulis dan membaca. Allah mengutus Nabi Muhammad dan beliau tidak bisa me­nulis dan membaca dari kitab, dan sifat ini merupakan salah satu mukjizatnya, karena ia membaca Kitab Allah dengan sangat teratur, tepat, tidak kurang dan tidak lebih, ketika ia mengulangi-ulanginya, tidak sebagaimana orator Arab yang lain.58
Kondisi Rasulullah saw. sebagai seorang ummi disebut­kan di dalam Al-Qur'an. Allah berfirman yang artinya: "Orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar..."59 Begitu juga firman Allah yang artinya: "...Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk";60 "Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu Kitab pun dan kamu tidak menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang ingkar."61
Para sarjana Barat yang berpendapat Rasulullah saw. bukan ummi tampak sekali ingin menjustifikasi pengaruh Yahudi-Kristen terhadap Al-Qur'an. Bagaimanapun, Al-Qur'an sendiri sudah menyangkal hal tersebut. Selain itu, pendapat Muhammad itu bukan seorang ummi sebenarnya untuk menjustifikasi Muhammad adalah pengarang Al-Qur'an. Sebagai pengarang, seharusnya dan semestinya Muhammad itu tidak buta huruf. Bagaimanapun, pendapat "ilmiah" para orientalis akan sia-sia karena kaum Muslimin telah membuktikan dan akan terus meyakini sepanjang masa bahwa Al-Qur'an bukanlah karangan Rasulullah saw.

Selasa, 26 Oktober 2010

Pengaruh Kristen Terhadap Al-Quran

Orientalis yang termasuk pertama kali menunjukkan Al ­Qur'an sangat terpengaruh dengan ajaran-ajaran Kristen, adalah Wright dengan karyanya Early Christianity in Arabia (1855). Teori pengaruh Kristen terhadap Al-Qur'an dikem­bangkan lagi oleh Louis Cheikho (m. 1927) dalam karyanya berjudul AI-Nasraniyyah wa adabuha bayn `Arab al­ Jahiliyyah. Cheikho mengkaji secara mendalam literatur Kristen yang ada di dunia Arab. Ia merujuk kepada karya-karya klasik, yang sangat jarang dijumpai. Tujuannya untuk me­nunjukkan kesusastraan agama Kristen sudah mapan di tanah Arab. Ia mengkaji kata-kata, nama-nama Kristen yang diguna­kan oleh orang-orang Arab yang tersebar di Syam, Iraq, Yaman, Hijaz, Najd. Bagaimanapun, tidak semua nama-nama yang ada di buku tersebut ada juga di dalam Al-Qur'an.Hal yang sama juga dilakukan oleh Julius Wellhausen, yang menulis sebuah buku berjudul Reste arabischen Heidentums (Sisa Paganisme Arab), pertama kali terbit pada tahun 1877.
Friedrich Schwally, berbeda pendapat dengan Noldeke. Ketika merevisi Geschichte des Qorans, Schwally mengungkapkan pengaruh Kristen lebih dominan di dalam Islam dis­banding Yahudi.
Selain itu, Wilhelm Rudolph, seorang pakar Perjanjian Lama dan meraih gelar doktor pada tahun 1920, menulis disertasinya berjudul Die Abhangigkeit des Qorans von Judentum und Christentum (Ketergantungan Al-Qur'an terhadap Yahudi dan Kristen). Disertasi tersebut diterbitkan di Stuttgart pada tahun 1922. Dalam disertasinya, Rudolph me­nyimpulkan bahwa sebenarnya Islam berasal dari Kristen (Islam is actually vom Christentum ausgegangen). Dalam pan­dangan Rudoph, Kristen adalah `buaian Islam' (die Wiege des Islam).
Senada dengan Rudolph, Tor Andrae menulis (Der Ursprung des Lslams und das Christentum (Asal Mula Islam dan Kristen). Tor Andrae berpendapat bahwa ajaran-ajaran AI-Qur'an memiliki contoh-contoh yang jelas dalam Literatur Syiriak (die Predigt des Qorans hat bestimmte Vorbilder in der syirischen Literatur).Andrae menyatakan: "Konsep kenabi­an sebagai sesuatu yang hidup dan aktual, sesuatu yang milik sekarang dan akan datang, sukar, sejauh yang aku lihat, mun­cul di dalam jiwa Muhammad jika ia tidak mengetahui menge­nai nabi-nabi dan kenabian yang telah diajarkan Yahudi dan Gereja-Gereja Kristen di Timur."
Menegaskan pengaruh Kristen terhadap Al-Qur'an, Richard Bell (m. 1953) menulis sebuah buku berjudul The Origin of Islam in its Christian Environment (London: 1926). Di da­lam buku tersebut, Bell berpendapat pengaruh tersebut datang dari tiga pusat: Syiria, Mesopotamia dan Ethiopia. Bell meneliti ilmu pengetahuan Kristen yang berada di Arab Selatan (South Arab) sebelum kedatangan Islam. Menurut Bell, puisi­puisi yang ada sebelum munculnya Islam menyentuh aspek­aspek Kristen seperti gereja, tempat-tempat ibadah, gong dan bel, acara-acara seremonial Kristen dan lainnya. Bell juga berpendapat bahwa kosa kata Aramaik dan Ethiopia yang digunakan oleh orang-orang Kristen, diketahui oleh Muhammad, yang selanjutnya memasukkannya ke dalam AI-Qur'an.
Pada tahun 1927, Alphonse Mingana (m. 1937), seorang pendeta Kristen asal Iraq, menulis sebuah essai yang memuat pengaruh Syiriak kepada Al-Qur'an. Mingana berpendapat ada 100 % pengaruh asing kepada Al-Qur' an. Ethiopia mewa­kili 5 %, lbrani 10 %, bahasa Yunani-Romawi 10 %, Persia 5 % dan Syiriak 70 %. Pengaruh Syiriak kepada A1-Qur'an ada di dalam enam perkara. Pertama, nama-nama diri, seperti Sulayman, Fir`aun, Ishaq, lsma`il, Isra'il, Ya`qub, Nuh, Zaka­riyya dan Maryam. Kedua, istilah-istilah agama seperti Kahin, Masih, Qissis, Din, Safarah, Mithl, Furqan, Taghut, Rabba­niyy, Qurban, Qiyamah, Malakut, Jannah, Malak, Ruh al­Quds, Nafs, Waqqara, Ayah, Allah, Salla, Sama, Khata, Kafara, Zabaha, Tajalla, Sabbaha, Qaddasa, Hub, Tuba dan lainnya. Ketiga, kata-kata umum seperti Qur'an, Husban, Muhaymin, Nun, Tur, Tabara, Shani, Bariyyah, Aqna, Hanan, Abb, Misk, Maqalid, Istabraq dan lain-lain. Keempat, ortografi yang mengkhianati pengaruh Syiriak. Kelima, konstruksi kalimat-kalimat seperti dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Keenam, referensi-referensi sejarah yang asing seperti legen­da Alexander yang Agung (Alexander the Great), Majusi, Nasara, Hanif, dan Rum.
 Selain itu, K. Ahren menulis Christlisches im Koran. Eine Nachlese (Kristen di dalam Al-Qur'an: Sebuah Investigasi). Ahren berpendapat bahwa pengaruh Kristen terhadap Muhammad di Mekkah bukan saja begitu mendalam, bahkan argumentasi Muhammad untuk menentang Kristen sebenar­nya berasal dari fraksi-fraksi Kristen.
Teori pengaruh kosa-kata asing kepada Al-Qur'an juga melebar kepada budaya dan agama lain. W. St. Clair-Tisdall, seorang misionaris Inggris untuk Isfahan, berpendapat Islam bukan hanya dipengaruhi oleh Yahudi dan Kristen, tetapi juga oleh unsur-unsur budaya asing. Tisdall menegaskan Islam itu bukan bersumber dari ‘langit', tapi bersumber dari ragam aga­ma dan budaya. Menurut Tisdall, konsep Islam tentang Tuhan, haji, cium hajar aswad, menghormati kabah, semuanya diam­bil dari budaya jahiliyyah. Shaiat 5 waktu dari tradisi Sabian. Kisah Nabi Ibrahim, Sulayman, Ratu Balqis, Harut Marut, Habil Qabil dari Yahudi. Ashabul Kahfi dan Maryam dari Kristen. Tidak ketinggalan dari Hindu dan Zoroaster, yaitu Isra' NIi`raj dan jembatan (sirat) di hari kiamat.
Dengan memanfaatkan semua karya para orientalis sebe­lumnya, Arthur Jeffery menulis The Foreign Vocabulary of the Qur'an (Kosa Kata Asing Al-Qur'an). Jeffery, yang konon menguasai 19 bahasa, berpendapat dengan melacak kata­kata tersebut kembali kepada sumbernya, maka sejauh mana pengaruh yang terjadi kepada Muhammad dalam berbagai periode misinya akan dapat diperkirakan. Selain itu, dengan mengkaji istiiah-istilah agama di dalam literatur asal yang kontemporer dengan Muhammad, maka kadang-kadang apa yang Muhammad sendiri maksudkan dengan menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam Al-Qur'an akan dimengerti dengan lebih akurat."(By tracing these words back to their sources we are able to estimate to some extent the influences which were working upon Muhammad at various periods in his Mission, and by studying these religious terms in their na­tive literature contemporary with Muhammad, we can some­times understand more exactly what he himselfmeans by the terms he uses in the Qur'an).
Jeffery ingin menganalisa secara kritis Al-Qur'an, suatu analisa yang belum dilakukan oleh para mufassir Muslim de­ngan memuaskan. Jeffery mengklaim tafsir Al-Qur'an yang diproduksi oleh para mufassir Muslim tidak kritis dan belum memuaskan karena tidak memuat pengaruh bahasa asing. Ia berpendapat Al-Qur'an bukan saja berada di bawah pengaruh miliu Yahudi-Kristen, bahkan juga terpengaruh dengan miliu yang lain. Menurut Jeffery, bahasa Al-Qur'an tidak terlepas dari pengaruh berbagai bahasa seperti Ethiopia, Aramaik, Ibrani, Syriak, Yunani kuno, Persia dap bahasa lainnya. Ini di­sebabkan pada zaman Rasulullah saw, Arab tidaklah terisolasi dari dunia luar. Saat itu, orang Arab sudah berinteraksi dengan budaya lain seperti Persia, Syiria dan Ethiopia. Interaksi tersebut secara alami menghasilkan pertukaran kosa kata.
Menurut Jeffery, mengetahui kosa-kata Al-Qur'an adalah sebuah keharusan untuk memahami Al-Qur'an itu sendiri. Disebabkan kosa-kata Al-Qur'an banyak mengandung kosa-kata asing, maka mengetahui kosa-kata asing tersebut merupakan keharusan bagi yang ingin memahami Al-Qur'an. Jika penga­ruh kosa kata asing di dalam Al-Qur'an bisa dieksplorasi, Jeffery berharap kamus AI-Qur'an yang memuat sumber­sumber filologis, epigrafi, dan analisa teks akan bisa diwujud­kan. Kamus tersebut akan digunakan untuk meneliti secara menyeluruh kosa kata Al-Qur'an. Dalam benak Jeffery, kamus Al-Qur'an tersebut bisa mencontohi kamus (Worterbuch) yang sudah digunakan untuk Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Setelah mengeksplorasi pendapat para orientalis menge­nai wujudnya kosa-kata asing di dalam Al-Qur'an, sangat perlu kiranya dikemukakan pendapat para Ulama mengenai permasalahan ini. Imam al-Shafi`i (m. 204/820), Abu `Ubay­dah (m. 209/825), Ibn Jarir al-Tabari (310/923) dan Ibn Faris (m. 395/1004), menolak wujudnya kosa kata asing di dalam Al-Qur'an karena Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Imam Shafi'i menolak bahwa Al-Qur'an bercampur dengan bahasa asing. Abu `Ubaydah mengatakan: "Sesungguhnya Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab yang jelas. Siapa yang mengklaim bahwa selain bahasa Arab ada di dalamnya, maka ia telah melebih-lebihkan perkataan, dan barang siapa yang mengklaim bahwa (kidzaban) [al-Naba', 28, 35] berasal dari bahasa Nabatean, maka ia telah memperbesarkan per­kataan. (innama unzila AI-Qur'an bilisan 'arabiyy mubln, faman za `ama anna fihi ghayr al-'arabiyyah faqad a 'zama al­ qawl, wa man za 'ama anna (kidzaban) [al-Naba' 28, 35] bi al­ nabatiyyah, faqad akbar al-qawl).
Ibn Faris mengatakan: "Seandainya ada sesuatu selain bahasa Arab di dalamnya, maka seorang yang berilusi akan menduga bahwasanya bahasa Arab memang lemah jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya, karena itu Al-Qur'an datang dengan bahasa-bahasa yang mereka tidak mengetahuinya. (law kana fihi min lughah ghayr al-'arab shai' latawah­ham mutawahhim: anna al-'arab innama `ajuzat `an al-ityan bimithlihi liannahu ata bilughat la ya 'rifunaha).
Dalam pandangan al-Tabari, Ibn 'Abbas dan yang lain, kata-kata di dalam Al-Qur'an tidak ditafsirkan dengan bahasa Persia, Ethiopia, Nabatean dan lain-lain. Bahasa-bahasa tersebut saling berkaitan. Orang-orang Arab, Persia, Ethiopia ber­bicara dengan satu ucapan.
Penolakan Imam al-Shafi`i, Ibn Jarir al-Tabari, Abu `Ubaydah dan Ibn Faris terhadap wujudnya kosa kata asing, karena Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Allah berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya."Begitu juga dengan firman Allah swt. yang lain yang artinya: "Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah (patut Al-Qur'an) dalam bahasa asing sedang (rasul. adalah orang) Arab?Begitu juga dengan ayat lain yang menyebut­kan: "Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: Sesungguhnya AI-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedang Al-Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang."
Berbeda dengan pendapat di atas, pendapat lain menyata­kan kosa kata asing memang terdapat di dalam Al-Qur'an. Sebenarnya, kedua pendapat tersebut adalah benar. Sekalipun asal-muasal kosa kata tersebut adalah asing, namun ketika digunakan di dalam Al-Qur'an maka kosa kata tersebut sudah terarabkan. Abu `Ubayd menyatakan: "Bahwa asal muasal huruf-huruf ini semua sebagaimana para fuqaha sebutkan, namun huruf-huruf tersebut terjadi kepada orang-Arab, maka huruf-huruf tersebut terarabkan dengan bahasa Arab dan ber­ubah dari kata-kata asing ke kata-kata Arab, maka menjadi kosa kata Arab. Selanjutnya Al-Qur'an diturunkan dan huruf­huruf ini bercampur dengan perkataan Arab, barangsiapa yang mengatakan bahwa ia adalah Arab, maka ia benar dan barang siapa yang mengatakan bahwa ia adalah asing, maka ia benar. (anna hadhihi al-ahruf usuluha a jamiyah kama qala al­fuqaha', lakinnaha waqa`at li al-`arab, fa`arrabatha bi alsina­tiha wa tahawalat `an alfaziha, fasarat `arabiyyah, thumma nuzila AI-Qur'an wa qad ikhtalatat hadhihi al-huruf bi kalam al-`arab, faman qala: innaha `arabiyyah fahuwa sadiq, wa man qala: a jamiyyah fasadiq).
Jadi, sekalipun kosa kata Al-Qur'an berasal dari bahasa lain, namun kosa kata tersebut telah terarabkan. Selain itu, makna dari kosa kata yang terarabkan itu tidak serta merta mengharuskan makna dari kosa-kata tersebut harus di kembalikan kepada sumber asal dari bahasa tersebut. Ini disebabkan Islam membawa makna baru. Islam telah meluruskan, mengislamkan ajaran yaag salah dari Jahiliyah, agama Yahudi dan Kristen. Islam telah mengisi dengan makna dan ajaran baru. Oleh sebab itu, bahasa Arab Al-Qur'an adalah bahasa Arab dalam bentuk yang baru. Sekalipun kata-kata yang sama di dalam AI-Qur'an telah digunakan pada zaman sebelum Islam, kata-kata tersebut tidak berarti memiliki peran dan konsep yang sama.
Sebagai contoh, kata Allah sudah ada sebelum Islam datang. Ayahanda Rasulullah saw bernama 'Abdullah. Namun, ketika lslam mengenalkan kata Allah, makna kata tersebut bertentangan dengan makna kata Allah sebelum Islam datang. Jadi, kata Allah telah mengalami perubahan makna yang sangat fundamental. Mengembalikan makna kata Allah kepada zaman sebelum Islam, bisa berarti kemusyrikan.

Jumat, 22 Oktober 2010

TIPS PERAWATAN FLASH DISK


Ada beberapa hal yg harus diperhatikan agar flash disk tetap bekerja dgn baik,Antara lain:

ª     Jauhkan flash disk daribenda-benda yg memiliki medan maghnet kuat, seperti televise, radio, dan ponsel. Medan maghnet yg terlalu kuat dpt membuat flash disk anda akan cepat rusak.

ª     Hindarkan flash disk dari suhu yg terlalu tinggi, percikan air & benturan. Hal ini dpt merusak flash disk secara permanent.

ª     Pastikan pd saat anda meng-copy data ke flash disk, data tersebut telah terbebas dr Virus. Biasanya jika flash disk terkena Virus yg tdk dapat di hilangkan dgn antivirus, Solusi satu-satunya adalah dgn memformat ulang. Langkah ini di khawatirkan akan membuat usia flash disk menjadi lebih pendek.

ª     Sebelum anda melepas flash disk dari port USB, jangan lupa untuk menggunakan perintah “ STOP ” atau “ EJECT ”. Mencabut flash disk tanpa menggunakan perintak Eject akan membahayakan data yg ada didalamnya.

ª     Jgn lupa menggunakan tutup flash disk agar terhindar dr debu dan kotoran lainnya.

Pantun 2

Makan Buah rujak
Sambil Berpantun
Kirain Beneran Rujak
Eh…malah Pantun

kalo soal pantun
aku hafal sampe diluar kepala.
Saking hafalnya
Aku juga bingung mau nulis apa?…
Hehehehe.....

Sudah tahu jalan nya licin
Mengapa kamu pakai sepatu
Sudah tahu wajah ku jelik
Mengapa kamu cinta padaku heeeee..........

Disana gunung disini gunung
Ditengah tengah gunung berapi
Kesana bingung kesini bingung
Itulah namanya jatuh hati

Makan nasi pake toge, pantun basi kok masih di pake…
Ada ikan palanya gede, hayoooo ketauan gak punya ide…

Pantun 1


Beribu-ribu ular di sawah…                                       
Tapi hanya satu yang berbisa…
Beribu-ribu wanita di sekolah…
Hanya satu yang ku cinta,…

Hari ultah senang-senang
Dapet hadiah wow senang
Rasa sayangku untuk semua orang
Rasa cintaku untuk dirimu seorang….

Dari Mana datangnya koran
Loe bukan dari wartawan
Dari mana datangnya teman
Loe bukan dari kenalan
Dari mana datangnya pesta
kalau bukan dari undangan
Dari mana datangnya cinta
kalau bukan dari pandangan

Terang bulan terang cuaca
Terang berita di rumah gua
Jangan percaya mulut wanita
Mulut wanita racun dunia

Liburan pulang kampung
Kayaknya pantunku gak nyambung..
He…he…he…

Selasa, 19 Oktober 2010

Ubai bin Ka'ab

Ubai bin Ka'ab adalah warga Anshar dari suku Kharaj, ikut dalam perjanjian 'Aqabah dan perang badar dan peperangan lainnya.Beliau mempunyai derajat yang mulia dikalangan Muslimin angkatan pertama. Beliau termasuk perintis penulis wahyu dan surat-surat dan juga termasuk golongan terkemuka dalam penghafalan Al Qur'an, membaca dan memahami ayat-ayatnya.
Pada suatu hari Rasulullah Saw mengatakan kepadanya : "Wahai ubai bin Ka'ab! Saya dititahkan untuk menyampaikan Al Qur'an padamu ". Ubai maklum bahwa Rasulullah hanya menerima perintah dari wahyu.., maka dengan harap-harap cemas ia bertanya "Wahai Rasulullah, Ibu bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebutkan namaku?" Ujar Rasulullah "Benar! Namamu dan turunanmu ditingkat tertinggi...!" Seorang muslim yang mempunyai kedudukan seperti ini dihati Nabi saw pastilah seorang muslim yang amat agung.

Setelah Rasulullah wafat, Ubai bin Ka'ab tetap setia dan tekun baik dalam beribadat, teguh dalam beragama dan utama dalam keluhuran budi. Disamping itu tiada henti-hentinya beliau menjadi pengawas kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai dan budi pekerti mereka.Diantara ucapannya yang agung adalah " Selagi kita bersama Rasulullah tujuan kita satu...., Tetapi setelah ditinggalkan beliau tujuan kita bermacam-macam ada yang ke kiri dan ada yang kekanan...!" Mengenai dunia ubai bin Ka'ab mernah menuliskannya sebagi berikut : " Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri dapat diambil sebagai perumpaan bagi dunia, biar dikatakannya enak atau tidak, tetap yang penting menjadi apa nantinya ..?".

Tatkala wilayah Islam telah meluas, dan dilihatnya sebagian kaum muslimin mulai menyeleweng dengan menjilat kepada pembesar-pembesar mereka, ia tampil dan melepaskan kata-katanya yang tajam : " Celakalah mereka, demi Tuhan mereka celaka dan mencelakan! Tetapi saya tidak menyesal dengan nasib mereka, hanya saya sayangkan adalah kaum muslimin yang celaka disebabkan mereka…!"
Ubai bin Ka'ab selalu menangis setiap teringat akan Allah dan hari akhir, setiap ayat Al Qur'an yang didengarnya menggetarkan hatinya. Dan beliau sangat merasa berduka tak terlukiskan setiap mendengar ayat :"Katakanlah : Ia kuasa akan mengirim siksa kepada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalam satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan kalian perbuatan kawannya sendiri..!"(Qs. Al An'am :65)

Yang paling dicemaskan oleh Ubai bin Ka'ab terhadap ummat adalah datangnya suatu genarasi ummat yang bercakar-cakaran sesama mereka. Beliau selalu memohon keselamatan kepada Allah dan berkat karunia dan rahmatNya sehingga beliau menemui Tuhannya dalam keadaan beriman,aman dan tentram.

Pendeta Insyaf Persi Islam

Ibrahim al-Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala doanya oleh Tuhan. Beliau pernah menceritakan suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Katanya, "Menurut kebiasaanku, aku keluar menziarahi Mekah tanpa kenderaan dan kafilah. Pada suatu kali, tiba-tiba aku tersesat jalan dan kemudian aku berhadapan dengan seorang rahib Nasrani (Pendita Kristian)."
Bila dia melihat aku dia pun berkata, "Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?"
Ibrahim segera menjawab, "Ya, tidaklah aku akan menghalangi kehendakmu itu."
Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengannya selama tiga hari tanpa meminta makanan sehinggalah rahib itu menyatakan rasa laparnya kepadaku, katanya, "Tiadalah ingin aku memberitakan kepadamu bahwa aku telah menderita kelaparan. Kerana itu berilah aku sesuatu makanan yang ada padamu."Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun bermohon kepada Allah dengan berkata, "Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku, janganlah engkau memalukan aku di hadapan seteru engkau ini."
Belum pun habis Ibrahim berdoa, tiba-tiba turunlah setalam hidangan dari langit berisi dua keping roti, air minuman, daging masak dan tamar. Maka mereka pun makan dan minum bersama dengan seronok sekali.
"Sesudah itu aku pun meneruskan perjalananku. Sesudah tiga hari tiada makanan dan minuman, maka di kala pagi, aku pun berkata kepada rahib itu, "Hai rahib Nasrani, berikanlah ke mari sesuatu makanan yang ada kamu. Rahib itu menghadap kepada Allah, tiba-tiba turun setalam hidangan dari langit seperti yang diturunkan kepadaku dulu."
Sambung Ibrahim lagi, "Tatkala aku melihat yang demikian, maka aku pun berkata kepada rahib itu - Demi kemuliaan dan ketinggian Allah, tiadalah aku makan sehingga engkau memberitahukan (hal ini) kepadaku."
Jawab rahib itu, "Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka jatuhlah telekan makrifah (pengenalan) engkau kepadaku, lalu aku memeluk agama engkau. Sesungguhnya aku telah membuang-buang masa di dalam kesesatan dan sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepada-Nya. Dengan kemuliaan engkau, tiadalah dia memalukan aku. Maka terjadilah kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti ucapanmu (kalimah syahadah)."
"Maka sucitalah aku setelah mendengar jawapan rahib itu. Kemudian aku pun meneruskan perjalanan sehingga sampai ke Mekah yang mulia. Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tiada kelihatan olehku, lalu aku mencarinya di masjidil haram, tiba-tiba aku mendapati dia sedang bersembahyang di sisi Kaabah."
Setelah selesai rahib itu bersembahyang maka dia pun berkata, "Hai Ibrahim, sesungguhnya telah hampir perjumpaanku dengan Allah, maka peliharalah kamu akan persahabatan dan persausaraanku denganmu."
Sebaik saja dia berkata begitu, tiba-tiba dia menghembuskan nafasnya yang terakhir iaitu pulang ke rahmatullah. Seterusnya Ibrahim menceritakan, "Maka aku berasa amat dukacita di atas pemergiannya itu. Aku segera menguruskan hal-hal pemandian, kapan dan pengebumiannya. Apabila malam aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan yang begitu cantik sekali tubuhnya dihiasi dengan pakaian sutera yang indah."
Melihatkan itu, Ibrahim pun terus bertanya, "Bukankah engkau ini sahabat aku kelmarin, apakah yang telah dilakukan oleh Allah terhadap engkau?"
Dia menjawab, "Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak, tetapi dimaafkan dan diampunkan-Nya semua itu kerana aku bersangka baik (zanku) kepada-Nya dan Dia menjadikan aku seolah-olah bersahabat dengan engkau di dunia dan berhampiran dengan engkau di akhirat."
Begitulah persahabatan di antara dua orang yang berpengetahuan dan beragama itu akan memperolehi hasil yang baik dan memuaskan. Walaupun salah seorang dahulunya beragama lain, tetapi berkat keikhlasan dan kebaktian kepada Allah, maka dia ditarik kepada Islam dan mengalami ajaran-ajarannya."

Teman-teman yang mendukung, yaitu :