Sexy Banget

Selasa, 08 Maret 2016

Wilayah Dialog Antar Agama


Dialog merupakan salah satu sarana untuk menuju suatu komunitas yang harmonis. Dialog merupakan ajaran Islam yang telah ditanamkan sejak dini. Pembicaraan tentang dialog ini tidak bias terlepas dari subjektivitas dan respek. Hal tersebut disebabkan perbedaan dasar acuan masing-masing pihak. Pada prinsipnya Islam membuka pintu dialog antar umat beragama dalam berbagai bidang yang dikelompokkan dalam dua wilayah :
1. Bidang Teologi
Bidang Teologi merupakan salah satu wilayah dialog yang tidak terhindar dari perselisihan antar umat beragama, karena perbedaan persepsi dari ajarannya. Dalam Islam dialog dalam wilayah teologi didasarkan kepada prinsip “bebas menentukan pilihan”[1] dan tidak ada paksaan”[2]. Konsekwensi dari prinsip tersebut adalah bahwa Islam mengakui umat Islam di dunia tidak mungkin semuanya bersepakat dalam segala hal, termasuk dalam masalah teologi.[3]
Teologi menurut Islam adalah segala aktifitas atau hal-hal yang bersifat Aqidah. Pendirian Islam dalam dialog wilayah teologi ini adalah tetap memelihara aqidah tidak mengaburkan apalagi merusaknya, dialog dalam wilayah teologis ini mempunyai konsekwensi-konsekwensi : 
Pertama, konsekwensi dalam bentuk pengakuan tulus, bahwa Tuhanlah satu-satunya sumber otoritas yang mutlak, yang menjadi sumber semua wujud  yang nisbi. Pengakuan ini mengandung konsekwensi suatu sikap religiusitas dalam bentuk ritual-ritual dan simbol-simbol. Karena tanpa adanya pengakuan pada wilayah  inilah yang sering menjadi pemicu konflik antar umat beragama. Toleransi dalam Islam bukanlah sikap kompromi dalam beribadah ataupun mengakui kebenaran agama lain.
Kedua, konsekwensi yang membawa kepada persamaan manusia dalam harkat dan martabat. Tidak seorangpun yang memiliki hak untuk memaksa orang lain mengikuti pandangannya. Bahkan seorang Nabi pun tidak berhak melakukan paksaan dalam penyampaian kebenaran untuk diterima.
           2.Bidang Muamalah
   Bidang muamalah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti kebudayaan, peradaban, politik, ekonomi dan lainnya. Dalam hal ini Islam tidak bias bersikap eksklusif, karena Islam bukanlah merupakan suatu komunitas yang berada diluar dari komunitas yang lain.[4] Dimensi muamalah ini merupakan sebuah dinamika kehidupan manusia yang selalu berubah-rubah dan berkembang. Islam menuntun pengembangan dimensi-dimensi kemasyarakatan tersebut dengan tujuan positif dan menghindarkan sikap-sikap yang merusak sesuai nilai-nilai yang terdapat dalam al Qor’an.[5]
Diantar berbagai bentuk dialog diatas, ada kecenderungan, bahwa dialog pada bidang ini  dianggap paling tepat dikembangkan saat ini. Umat beragama saat ini bukan hanya mendambakan koeksistensi damai atau toleransi pasif satu sama lain, melainkan suatu sharing kehidupan yang lebih aktif, di mana penganut setiap agama menghidupi  nilai-nilai tertinggi agamanya sendiri dan serentak pula siap untuk menghormati penganut agama lain. Dialog ini memberi tekanan pada terciptanya jama’ah umat beriman yang bersama-sama hidup rukun, bukan pada dialog sebagai diskusi mengenai perbedaan dalam dogma atau praktek keagamaan, tetapi lebih jauh sebagai wujud religiusitas keagamaan yang dianut, dalam bentuk menghargai, memperlakukan dan menolong semua manusia tanpa harus membeda-bedakan latar belakang keagamaannya.


[1]Al Kahfi : 29
[2]Al Baqarah : 256
[3]A. Azhar Basyir, Manusia, Kebenaran Agama dan Tolerans,  ( Toleransi : UII, 1981 ), p. 22
[4]Suryana A. Ja,rah dan M. Thalib, Toleransi dan Pembinaan Budaya Dialog dan Transformasi, dalam Abdul Basyir Saliso dkk ( ed. ) ( Yogyakarta : LESFI, 1993 ), p. 57
[5]Burhanudddin Daya, Al Qor’an dan Pembinaan Budaya Dialog dan Transformasi, dalam Abdul Basyir Saliso dkk ( ed. ), Yogyakarta : LESFI, 1993 ), p. 57

Wilayah Dialog Antar Agama


Dialog merupakan salah satu sarana untuk menuju suatu komunitas yang harmonis. Dialog merupakan ajaran Islam yang telah ditanamkan sejak dini. Pembicaraan tentang dialog ini tidak bias terlepas dari subjektivitas dan respek. Hal tersebut disebabkan perbedaan dasar acuan masing-masing pihak. Pada prinsipnya Islam membuka pintu dialog antar umat beragama dalam berbagai bidang yang dikelompokkan dalam dua wilayah :
1. Bidang Teologi
Bidang Teologi merupakan salah satu wilayah dialog yang tidak terhindar dari perselisihan antar umat beragama, karena perbedaan persepsi dari ajarannya. Dalam Islam dialog dalam wilayah teologi didasarkan kepada prinsip “bebas menentukan pilihan”[1] dan tidak ada paksaan”[2]. Konsekwensi dari prinsip tersebut adalah bahwa Islam mengakui umat Islam di dunia tidak mungkin semuanya bersepakat dalam segala hal, termasuk dalam masalah teologi.[3]
Teologi menurut Islam adalah segala aktifitas atau hal-hal yang bersifat Aqidah. Pendirian Islam dalam dialog wilayah teologi ini adalah tetap memelihara aqidah tidak mengaburkan apalagi merusaknya, dialog dalam wilayah teologis ini mempunyai konsekwensi-konsekwensi : 
Pertama, konsekwensi dalam bentuk pengakuan tulus, bahwa Tuhanlah satu-satunya sumber otoritas yang mutlak, yang menjadi sumber semua wujud  yang nisbi. Pengakuan ini mengandung konsekwensi suatu sikap religiusitas dalam bentuk ritual-ritual dan simbol-simbol. Karena tanpa adanya pengakuan pada wilayah  inilah yang sering menjadi pemicu konflik antar umat beragama. Toleransi dalam Islam bukanlah sikap kompromi dalam beribadah ataupun mengakui kebenaran agama lain.
Kedua, konsekwensi yang membawa kepada persamaan manusia dalam harkat dan martabat. Tidak seorangpun yang memiliki hak untuk memaksa orang lain mengikuti pandangannya. Bahkan seorang Nabi pun tidak berhak melakukan paksaan dalam penyampaian kebenaran untuk diterima.
           2.Bidang Muamalah
   Bidang muamalah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti kebudayaan, peradaban, politik, ekonomi dan lainnya. Dalam hal ini Islam tidak bias bersikap eksklusif, karena Islam bukanlah merupakan suatu komunitas yang berada diluar dari komunitas yang lain.[4] Dimensi muamalah ini merupakan sebuah dinamika kehidupan manusia yang selalu berubah-rubah dan berkembang. Islam menuntun pengembangan dimensi-dimensi kemasyarakatan tersebut dengan tujuan positif dan menghindarkan sikap-sikap yang merusak sesuai nilai-nilai yang terdapat dalam al Qor’an.[5]
Diantar berbagai bentuk dialog diatas, ada kecenderungan, bahwa dialog pada bidang ini  dianggap paling tepat dikembangkan saat ini. Umat beragama saat ini bukan hanya mendambakan koeksistensi damai atau toleransi pasif satu sama lain, melainkan suatu sharing kehidupan yang lebih aktif, di mana penganut setiap agama menghidupi  nilai-nilai tertinggi agamanya sendiri dan serentak pula siap untuk menghormati penganut agama lain. Dialog ini memberi tekanan pada terciptanya jama’ah umat beriman yang bersama-sama hidup rukun, bukan pada dialog sebagai diskusi mengenai perbedaan dalam dogma atau praktek keagamaan, tetapi lebih jauh sebagai wujud religiusitas keagamaan yang dianut, dalam bentuk menghargai, memperlakukan dan menolong semua manusia tanpa harus membeda-bedakan latar belakang keagamaannya.


[1]Al Kahfi : 29
[2]Al Baqarah : 256
[3]A. Azhar Basyir, Manusia, Kebenaran Agama dan Tolerans,  ( Toleransi : UII, 1981 ), p. 22
[4]Suryana A. Ja,rah dan M. Thalib, Toleransi dan Pembinaan Budaya Dialog dan Transformasi, dalam Abdul Basyir Saliso dkk ( ed. ) ( Yogyakarta : LESFI, 1993 ), p. 57
[5]Burhanudddin Daya, Al Qor’an dan Pembinaan Budaya Dialog dan Transformasi, dalam Abdul Basyir Saliso dkk ( ed. ), Yogyakarta : LESFI, 1993 ), p. 57

MENUJU HARAPAN


                       MENUJU HARAPAN

Ketika subuh melabuhkan angan
Tidak ada lagi dermaga kesunyian
Hentakkan mimpi dalam tidur tak dapat kutahan
Aku bangun dalam kabut kehampaan
Langit sedih seakan tak ada kerinduan
Sampai raga berucap aku hidup nanti sampai kapan 
Sedikit mencari keheningan dan melihat awan
Ternyata tidak ada yang indah karena akan turun hujan
Besok dan seterusnya aku berjanji pada kenangan
Bahwa aku akan terbang menuju harapan

                                                                        by Ferry

ISLAM DI MATA PAKAR YAHUDI




1.  Solomon David Goitein
Seorang ketua jurusan Ketimuran ( The School of Oriental Studies ) pada Univ.Hebrew di Jerussalem. Seorang Oriental Yahudi terkemuka di Israel.
Bukunya berjudul : Jews and Arab : Their Contact Through the Age, ( New York : Scholen Book, 1955 )
Beberapa pendapatnya tentang Islam :
¡  Awalnya dia menolak mitos yang mengatakan bahwa bangsa Yahudi pada mulanya berasal dari suku Arab.
¡  Bagi Goitein Islam adalah imitasi dari Yahudi.
¡  Bahkan ia selalu menghimbau kepada setiap pengkaji Islam agar menerima asumsi tentang imitasi tersebut, dengan beberapa alasan :
a.       Sebagian besar kesalehan monastik yang tercakup dalam al-Qur’an dalam beberapa bentuk sudah ada pada agama Yahudi seperti : berzikir dan berdo’a yang disebut beberapa kali dalam Zabur dan memainkan peran sangat penting, bersujud adalah ciri utama peribadatan Yahudi sampai abad ke-2.
b.      Dengan membandingkan antara agama Yahudi Rabbinik yang berdasarkan kitab Talmud, dengan Islam klasik di kalangan fuqaha ortodok, banyak fakta mengejutkan dari kesamaan sistem dan kemiripan dari kedua agama tersebut, yaitu :
-       Adanya hukum dari Tuhan yang mengatur secara rinci semua aspek kehidupan. Dalam Yahudi disebut dengan halakha yang dalam bahasa Arab disebut dengan syari’ah.
-       Hukum agama juga ada yang bersumber dari tradisi lisan (hadist), yang secara otoritatif melengkapi dan menafsirkan hukum tertulis.
-       Tradisi lisan tersebut terbagi kepada dua, yang bercorak hukum dan moral.
-       Syari’ah dan Halakha dikembangkan oleh kelompok ulama yang bebas dan tidak terorganisasikan.
-       Dalam Islam dan Yahudi dikenal sistem mazhab.
-       Penalaran logik yang diterapkan dalam pengembangan agama keduanya secara garis besar identik.
-       Bagi kedua agama, kajian terhadap hal yang menyangkut hukum dinilai sebagai ibadah.
-       Hukum agama di kalangan muslim berkembang terutama di Irak, sebelumnya adalah tempat pusat kajian agama Yahudi yang ternama.

Terlepas dari apa yang disebutkan di atas, pertempuran-pertempuran yang terjadi dan dengan mudah dimenangkan Muhammad saw, menurut Goitein telah ditetapkan berabad-abad sebelumnya di bukit Judea

Dalam bukunya tersebut, ia juga dengan terus terang mengakui keberadaan Yahudi di bawah kekuasaan Muslim justru lebih baik dibandingkan kaum Yahudi di Eropa, hal ini men.nya karena Islam mengatur cara bersikap dengan kaum minoritas, walaupun ia belum puas dengan prinsip tersebut, ia masih mengutuk sikap negara-negara Islam karena ia merasa bangsa Yahudi belum merasakan keadilan secara hukum perdata.

2. Moritz Steinschneider
Adalah seorang Yahudi kelahiran Jerman, menulis buku “Introduction to the Arabic Literature of the Jews”.
Beberapa pendapatnya :   
a.Simbiosis Yahudi-Jerman dengan Yahudi-Arab sama-sama mempunyai arti penting, tetapi simbiosis Yahudi-Arab lebih berpengaruh besar karena keduanya saling mempengaruhi.
b.Islam berasal dari agama Yahudi, Islam adalah pembaharuan dan pengembangan dari Yahudi, sebagaimana bahasa Arab yang erat kaitannya dengan bahasa Ibrani.

3. Herman Cohen
Seorang Yahudi yang menulis dengan bahasa Jerman pada abad 19-20 dalam bukunya “Germanism and Judaism” . Ia berpendapat, belum pernah terjadi suatu simbiosis yang begitu dekat dan bermanfaat seperti simbiosis Yahudi-Arab pada abad pertengahan.


KONTAK EROPA DENGAN ISLAM DAN MUNCULNYA RENAISANCE

A.    Kehadiran Islam
-       Juli 710 M, sekitar 400 orang tentara Islam menyeberang dari Afrika Utara ke ujung paling selatan Spanyol sebagai pengintai
-       Tahun 711 M penyerangan yang sungguh-sungguh dilakukan ke Spanyol,  Juli 711 M pasukan Islam berhasil menurunkan raja orang-orang Visigoth (sekumpulan orang yang berasal dari wilayah Jerman yang menyerbu Romawi pada awal-awal abad berkembangnya Kristen. Merekalah yang menguasai Spanyol sebelum wilayah ini dimasuki orang-orang Arab) dan kemudian menghancurkan pusat pemerintahannya.
-       Tahun 715 M kaum muslim berhasil menguasai kota-kota penting Spanyol, di antaranya Narbonne di Selatan Perancis dan Barcelona.
-       Tahun 750 M imperium Islam beralih dari dinasti Umayyah di Damaskus ke dinasti Abbasiyyah di Baghdad, Irak.
-       Sebelum abad ke-9, Arab telah memasuki Eropa bagian tengah melalui Alpine.
-       Puncak kejayaan Spanyol Islam tahun 912-916 M, masa pemerintahan Abdurrahman III, di mana didirikan markas yang lebih besar disetiap kota di Spanyol.
-       Tahun 872-882 M Roma pada masa kepemimpina Paus Johannes VII diancam dikuasai, dan selama 2 (dua) tahun Paus membayar pajak kepada masyarakat muslim.
-       Pengaruh Islam dirasakan di Eropa Barat terutama melalui Spanyol.


B.     Peradaban Islam di Eropa
Di dunia Islam, beberapa organisasi pendidikan Tinggi telah dikenal sejak abad ke-9. Menjelang abad ke-11 lembaga-lembaga bercorak Universitas telah dibangun di hampir semua kota-kota penting. Umat muslim juga mengembangkan apa yang disebut ”Ilmu-ilmu Asing” yaitu Filsafat Yunani, Kedokteran, Astronomi dsb yang diajarkan di sekolah-sekolah Kristen terutama di Irak. Banyak karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Syiria yang dimulai sebelum tahun 800 M dan diorganisasikan secara rapi ketika masa pemerintahan al-Ma’mun (813-833).
Abad ke-10 karya-karya orisinil dari umat muslim bermunculan. Dari abad ke-10 sampai abad ke-17 peradaban Islam dianggap mapan. Hubungan intelektual yang mudah juga dapat dicapai dari Spanyol, Madinah, Damaskus dan Baghdad.

C.     Persentuhan budaya Islam dan Eropa
-       Perdagangan, ketika Spanyol dan Sisilia berada di bawah kekuasaan Islam, mereka melakukan kontak perdagangan dengan wilayah-wilayah Islam lainnya dan secara perlahan mengambil unsur eksternal peradaban Islam.
-       Produk Pertanian, di Spanyol dan di Romaswi telah ada irigasi, namun orang-orang Arablah yang memperbaiki dan memperbesarnya berdasarkan pengetahuan mereka di Timur Tengah. Bukti yang mendukung ini adalah adanya sejumlah besar kosa kata bahasa Spanyol yang berkenaan dengan tehnik irigasi berasal dari bahasa Arab.
-       Arsitektur, bukti-bukti pada aspek bahasa menunjukkan bahwa orang
Arablah yang paling banyak kontibusinya dalam penyempurnaan tehnik-tehnik pembangunan.
-       Ilmu Pengetahuan, pada abad ke-12 para sarjana Barat baru tertarik kepada ilmu pengetahuan dan filsafat Islam dan muali menyadari betapa banyak yang harus dipelajari dengan orang Arab.
-       Sebagian besar pengaruh kebudayaan Islam atas Eropa terjadi akibat pendudukan kaum muslin atas Spanyol dan Sisilia.

D. Reaksi Eropa atas Kehadiran Islam
      Masyarakat Eropa pada abad-abad pendudukan Islam mempunyai pandangan yang sangat religius Kristen. Pandangan tentang alam, manusia dan Tuhan sangat didominasi Injil, sehingga apa pun yang berasal dari Islam sangat tidak bisa diterima. Konversi kepada Islam lebih kepada karena tekanan sosial dan kegiatan-kegiatan dakwah Bagi Kristen jelas Islam sebagai ancaman ganda baik dalam doktrin keagamaan maupun dalam kancah perpolitikan. Gerakan perang Salib pada abad ke-11 adalah sebagai reaksi besar terhadap kehadiran Islam
      Adanya kontribusi Islam atas kemajuan kebudayaan Eropa (Barat) sekarang ini sangat tidak diakui mereka. Menurut Max Dimont, orang Barat menderita narcisisme, mereka mengagumi diri mereka sendiri dan kurang mau mangakui hutang budi mereka terhadap bangsa lain. Mereka hanya mengatakan  yang mereka dapatkan adalah warisan Yunani dan Romawi.

E.  Persepsi Masyarakat Eropa abad Tengah Mengenai Islam
      -  Islam adalah agama palsu dan pemutarbalikan kebenaran secara sengaja.
-   Islam adalah agama kekerasan dan pedang
-   Islam adalah agama pemuasan kenikmatan diri, hal yang mereka sebut-sebut sebagai dasar pendapat ini adalah kehidupan Nabi saw dan pembolehan agama untuk beristri lebih dari satu.
-   Muhammad sebagai anti Kristus, dalam bahasa yang lebih sederhana mereka menyebut Islam sebagai penyimpangan dari Kristen.

F.  Munculnya Renaisance
            Renaisance adalah sebuah istilah dari bahasa Perancis, rebirth (Inggris), istilah yang digunakan oleh para sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual di Eropa sepanjang abad 15-16 M sebagai lawan dari abad pertengahan ketika alam pikiran dikungkung oleh gereja, kebebasan berpikir amat terbatas, perkembangan sains dan filsafat sulit terjadi, bahkan dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri.
            Munculnya renaisance, tidak diakui secara langsung karena adanya pengaruh dari peradaban Islam, walaupun ketika itu Eropa bagian tengah dan Eropa Barat telah merasakan pengaruh Islam. Rasa superioritas mereka terganggu ketika melihat kebesaran Islam yang hampir menguasai 2/3 dunia ketika itu (Asia, Afrika dan sebagian Eropa) dan kemajuan Islam dalam berbagai aspek, ketergantungan intelektual Eropa kepada Islam  menurut Montgomery Watt juga mempengarui rasa rendah diri mereka.
           

Teman-teman yang mendukung, yaitu :