BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pemahaman Ahmadiyah tersebut apabila telah ditandai dengan motif-motif politik maka akan trjadi suatu hal yang sangat menguntungkan pada salah satu pihak sajamaka untuk itu maka kita harus dapat memisahkan unsur yang terdapat disana sehingga apa yang dimaksudkan dalam pemahaman kita dapat menjadi lebih baik lagi. Ahmadiyah yang lahir pada ujung abad ke-19 tampaknya lebih bermotif pada masalah pemikiran terutama yang berada dalam islam. Yang paling utama lagi dalam hal tersebut di lakukan untuk menghadapi bahaya kristenasi yang dilakukan oleh para penjajah yang berad di India.
Namun demikian unsur yang terkandung yang ada didalamnya, terutama pada masalah kemahdian yang ada pada Mirza Ghulam Ahmad itu sendiri. Namun demikian ia juga banyak sekali mendapatkan pertwentangan dari dalam ataupun dari luarislam itu sendiri. Karena pemahaman merika yang tampaknya agak berbeda dengan yang ada kebanyakan umat islam pada umumnya sehingga merika sering kali mendapatkan serangan dari umat islam itu sendiri. Dan bahkan merika sangat berpegang teguh dengan apa yang merika yakini, sehingga merika tidak mungkin dapat dihapuskan dengan sekaligus namuan untuk dapat menghapus tanpakanya tidak mungkin namun untuk dapat merubah merika mungkin dapat. Karena keberbedaan prinsip tersebutlah yang menjadikan islam menadi sangat beragam macaam aliran dan bahkan sekte.
BAB II
AHMADIYAH
A. SEJARAH LAHIRNYA AHMADIYAH
1. Latar Belakang Sejarah Lahirnya Ahmadiyah
Lahirnnya Aliran ahmadiyah merupakan rentetan peristiwa sejarah dalam islam, yang kemunculannya tidak dapat terlepas dari kundisi dan situasi ummat Muslim sendiri pada saat itu. Yaitu sejak kekalahan Turki Usmani dalam serangan kedalam benteng Wina tahun 1683, pihak barat mulai bangkit menyerang kerajaan itu, dan serangan itu kemudian sangat efektif sekali setelah abad ke-18. Kemudian pada selanjutnya Barat terdorong oleh revolusi industri dan di tunjang dengan penemuan baru, merika mampu menciptakan-menciptakan senjata modern. Sehingga merika dapat menjarah daerah-daerah kekuasaan islam.
Sesudah India menjadi koloni Inggris, tampaknya umat muslim yang masih bersikap tradisionalis dan fantalitis, dengan semangat anti pati dan fanatisme keagamaan yang berlebihan dalam menghadapi tradisi Barat, menyebabkan merika terisolasi.
Setelah terjadi pemberontakan Munity (1857), pihak Inggris semakin curiga dan bersikap reaksioner terhadap umat islam yang ada di sana terutama di India. Sebagaimana telah di ketahui bahwa kaum Hindu, yang berada dibawah pemerintahan Inggris yang bersikap dapat menyembunyikan tingkah laku merika. sehingga umat islam di sana menjadi lebih menjadi sorotan pihak pemerintah. Maka dalam keadaan demikian maka, intelektual kaum ulama Islam telah tenggelam sampai pada tingkatan yang paling bawah. Sehingga pertarungan antara kelompok muslim, karena perbedaan paham yang kecil saja telah di pandang sebagai pengabdian kepada islam yang paling besar. Dan menghukum muslim yang lainnya sebagai kafir. Di sini Mirza telah engaaku telah dipilih oleh tuhan untuk menjadi imam mahdi yang bertugas dan mempunyai tanggung jawab moral untuk menunjukan islam dan muslim untuk memberikan interpristasi baru terhadap ayat-ayat al-Qur’an, yang disesuaikan dengan tuntunan jamannya. Hal tersebt juga didorong oleh gencarnya serangan dari kaum misionaris kristen dan propaganda kaum Hindu terhadap ummat muslim pada sat itu.
W. C. Smith menggambarkan bahwa Ahmadiyah yang lahir pada akhir abad ke-19, ditengah huru-hara runtuhnya masyarakat islam lama dan infiltrasi budaya dengan sikapnya yang baru. Seranagan gencar dari misionaris kristen, dan berdirinya Universitas Aligarh yang baru, maka bedirilah Ahmadiyah yang sebagai protes terhadap keberhasilan kaum misionaris kristen yang telah memperoleh pengikut-pengikut baru. Dan sebagai suatu paham yang rasionalis westerninasi, dan juga sebagai protes terhadap kemorosotan islam paada umumnya. Akan tetapi hal tersebut telah terdengar oleh kaum muslim yang sangat agrisif, yaitu masih adanya nabi dan wahyu yang diturunkan oleh Tuhan, sesudah al-Qur’an dan sesudah kerasulan nabi Muhammad saw. Inilah kiranya yang menyebabkan timbulnya reaksi keras dan permusuhan dari umat islam terhadap aliran yang baru lahir ini.[1]
2. Pertumbbuhan dan Perkembangan Sekte Ahmadiyah
sejarah berdirinya ahmadiyah, tidak terlepas dari sejarah Mirza Gulam Ahmad sendiri sebagai pendiri gerakan ahmadiyah. Ia sendiri dilahirkan di Qadian 1935, yaitu ketika dinasti Mongolia, dan ia tinggal di Punjab India. Di punjab itulah ia kemudian mendirikan kota Qadian, menurut banyak keterangan ia berasal dari kalangan famili Ghulam Murtada dan masih keturunan Haji Barlas dari di nasti Mughal, dan karenanya didepan namanya keturunan keluarga ini terdapat sebutan nama Mirza.
Sebelumnya keluarga Mirza pernah menjadi pembantu yang setia dari kolonial inggris di India. Jauh sebelum itu kelurga tersebut telah lama menjalin kerjasama yang sangat erat, sehingga Mirza Ghulam Ahmad mendapat perlindungan setelah ia mendirikan Universitas Alighar, tentunya dari segi politis. Disamping itu dengan berdirinya Ahmadiyah yang disana ia menginginkan agar dapat melestarikan tradisi dari keluarganya yang telah lama menjalin hubungan dengan pemerintah inggris. Dan kemudian hal yang serupa juga dilakukan oleh anaknya setelah kedatangan atau kunjungan dari putra mahkota dari kerajaan inggris.
Semangat pembaharuan ahmadiah muncul ketika ada kemunduran islam dan muslim di satu pihak, dan gencarnya serangan dari kaum Arya Samaj, dan kaum misionaris Kristen terhadap islam. Dan oleh karena itu mirza ghulam ahmad mulai terpanggil untuk mengadakan pembaharuan dalam masyarakat. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan Ahmadiyah pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase kebangkitan, fase perpecahan, fase perluasan daerah pengaruhnya.
a. Fase kebangkitan (1880-1900)
Pada fase ini Mirza sendiri yang melakukan tangkisan-tangkisan terhadap serangan propagandis hindu dan kaum misionaris Kristen terhadap islam. Disamping itu ia juga aktif berdakwah.[2] Timbulnya suatu reaksi tentunya pasti ada, karena ada pernyataan darinya yang sangat pnomenal yang menyatakan bahwa untuk mendapat suatu pernyataan terhadap umat islam yang mengalami suatu perubahan maka diperlukan juga yang baru untuk menghadapi sesuatu hal yang baru demikian, yaitu wahyu baru untuk situasi baru tersebbut, walaupun setelah ia takwilkan agar merika dapat menerima apa yang disampaikannya yaitu tentang pembenaran tersebut.
Dalam merialisasikan edi pembaharuannya tersebut maka Mirza melakukan hal tersebut dengan menerbitkan bukunya setelah ia menulis dan mengumpulkanny menjadi sebuah buku. Dalam buku tersebut ia dengan terng menyatakan bahwa “untuk dapat mempropagandakan islam maka diperlukan suatu organisasi yan kuat agar untuk itu maka ia memerlukan bai’at atau janji setia dari para pengikutnya. Setelah diadaknnya pembait’attan tersebut yang kemudian di beri nama jemaat Ahmadiah.Nama Ahmadiah tampaknya menurutnya diambil dari nama salah seorang nama nabi-nabi atau salah seorang Rasulullah.
b. Fase Perpecahan (1900-1908)
Jemaah Ahmadiyah sebagai suatu wadah dan suatu sarana perjuaangan untuk mengembangkan ide kemahdian dan mencapai cita-citanya, mulailah pengikutnya secara terang-terangan di tahun 1900, mendakwahkan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan menghormati layaknya seorang rasul Tuhan. Yang di maksud nabi di sini adalah an-Nabiyun-Naqis atau an-Nabiyul-Muhaddas. Dengan sikap seperti inilah yang menyebabkan terjadi perpecahan aliran ini menjadi dua golongan, sesudah pendirinya wafat.
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi pergeseran akidah pada Mirza Ghulam Ahmad sesudah tahun 1901. Dan pada tahun 1904, ia juga mengaku sebagai Krisna selain al-Mahdiyang dijanjikan. Yang ia rintis melalui sebuah majalah media massa. Memang dalam misinya tersebbut untuk meluruskan kembali pandangan Barat terhadap islam. Hal inipun berlanjut setelah ia wafat yang dikembangkan oleh para pengikutnya. Di samping keberhasilannya tersebut yang tentunya dengan tantangan yang tidak ringan, terutama tantangan yang berhadapan dengan umat islam itu sendiri. Tantangan yang besar tersebut yang disebabkan oleh pembaharuan yang di lakuka oleh Mirza, sangat kontradiktif dengan aqidah yang sudah di miliki oleh umat islam pada umumnya.
Dengan munculnya perbedaan tersebbut bermunculan pitnahan, atau terjadi saling pengkafiran antara yang satu dengan yang lainnya. Permusuhan tersebut berkelanjutan sampai pada pemutusan kekeluargaan antara pengikut Ahmadiyah dan non-Ahmadiyah. Kekerasan dan permusuhan yang ditujukan kepada aliran yang baru lahir tersebut tidak mendapat pembelaan dari siapapun. Merika dikucilkan melalui fatwa-fatwa ulama, perkawinan dengan merika di pandang tidak sah dan barang-barang merika halal dirampas tanpa dapat di tuntut oleh pengadilan. Namun hal tersebut tetap membuat merika tabah dan berdiri dengan tegarnya. Menurut merika itulah yang namanya perjuangan, karena setiap perjuangan dalam islam tentunya ada saja penghalang dalam menyampaikan sesuatu yang benar.
c. Fase Perpecahan dan Pengembangan (1908-1924)
Keutuhan dan kesatuan Ahmadiyah, rupanya terbatas pada pendirinya, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Akan tetapi keruntuhan atau perpecahan di antara pengikutnya tersebut mulai tanpak ketika terjadi dua pandanagan yang sangat berbeda. Di mana pada pemikiran pertama berkisar pada masalah khilafah (pengganti pemimpin), sedang pemikiran yang kedua yaitu berkisaar pada masalah pengkafiran terhadap sesama Muslim.
Sejak ada perpecahan tersebut maka maka secara reilnya tersebbut ini menjadi dua sekte, ekte pertama yaitu sete AhmadiahQadiani, yang didalamnya mencela muslim yang lainsebagai kafor. Dan sekte ini meyakinkan bahwa kenabian akan tetap terbuka setelah Rasulullah wafat. Yang dipimpin oleh Basyiruddin Mahmud Ahmad, tidak hanya sbagai Mujaddit (pembaharu), tetapi juga sebagai nabi dan rasul yang harus di taati dan di patuhi seluruh ajarannya.
Dengan terpilihnya Basyiruddin mahmud Ahmad yang kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad ternyata tidak mendapatkan dukungan dari para anggota dari jemaat Ahmadiyah.
Adapun golongan yang kedua di kenal dengan Ahmadiyah Lahore, yang dikenal dengan Ahmadiah Anjuman Isha’at Islam, lahirnya sekte Ahmadiah Lahore bermula dari kegagalan Maulawi Muhammad Ali dalam mencapai ambisinyauntuk menjadi Khalifah yang kedua. Oleh sebab itu, ia dan pengikutnya mebndirikan dan membentuk sekte yan berpusat di Lahori. Akan tetapi masalah tersebut lebih berpusat pada masalah aqidah. Yang merika anggab sebagai al-asih dan al-Mahdi, karrena apabila tidak mempercayai kalau al-Mahdi tersebut adalah Mirza maka orang tersebut tidak mengikuti seluruh ajaran al-Qur’an serta tidak mengindahkan pesan nabi tentang kehadiran al-Mahdi di akhir zaman.
Akan tetapi kedua sekte teraebut sangat aktif pada cita-cita awal merita tentang kemahdian dari Mirza Ghulamm Ahmad, teritama kalangan terhadap kalangan masyarakat Kristeen Barat. Masing-masing pengikut mendirikan mesjid masing-masing sebagai pusat kegiatan dan menterjemahkn dengan komentarnya. Kedalam bahasa asing. Selain itu merika juga membuat majalah atau menerbitkan buku-buku tentang islam.
B. AJARAN POKOK AHMADIYAH
1. Masalah Wahyu
Menurut merika, wahyu tidak terputus sesudah rasulullah wafat, dan wahyu yang terhenti itu hanyalah wahyu tasyiri atau wahyu syariat. Cara turunnya wahyu sangat beragam, dan sangat cepatsehingga hal tersebut dapat melalui hati seseorang yang diterimanya, bahkan wayu dapat melalui hijab tuhan atau terbukanya tirai sehingga dapat berbicaera langsung dengan nabi bahka Tuhan. Akan tetapi wahyu teentang kenabian akan terputus akan tetapi wahyu tentang yang lain tidajk akan terputus. Dengan anggapan tersebut maka sering kalii merika sangat yakin bahwa Mirza Ghulam Ahmad telah di angkat Tuhan kelangit dan ia menerima wahyu nya melalui ilham dan dinyatakan merika sebagai suatu wahyu leh anggapan merika.
2. Masalah Kenabian
Dalam masalah kenabian ini ada dua persi, antara sekte lahore dan Qadani, yaitu kenabian yang membawasyariat dan kenabian yang tanpa membawa syariat. Selanjutnya dijelaskan kenabian pada persi yang Nubawwah Ghakedua ini, meliputi Nubawwah Mustaqillah(kenabian mandiri), dan Nubawwah Ghaiir Mustakillah (kenabian yang tidak mandiri), para nabi yang mandiri adalah para nabi yang datang sebelum nabi Muhammad dan merika masih mengikuti syariat yang di bawa oleh nabi muhammad, dimana merika tidak mengikuti syariat nabi sebelumnya. Dan nabi yang tidak mandiri adalah merika yang aada setelah nabi muhammad saw, dan merika masih mengikuto syriat yang di bawa oleh nabi muhammad saw.
Akan tetapi pada nabi pada pemahaman ahmadiah sekte lahore ini bisa berarti memiliki wewenang yang telah diberikan oleh tuhan atas dasar petunjuknya. Guna menghapuskan sebagian ajaran yang terdahulu sebagian yang dianggab tidak sesuai dengan syariat sekarang ini sehingga ajaran akan menjadi lebih sempurna lagi. Maka kata “Nabi” bermakna dua yaitu lughawi dan istilahi, sehingga sekte lahore berkesimpulan bahwa nabi lugawi atau nabi majazi yaitu orng yang mendapat berita dari langit atau dari Tuhan. Sedang nabi yang membawa syariat, merika disebut nabi haqiqi. Sehingga menurut pandangan mererika al-Mahdi bukan nabi yang haqiqi sehingga kalau tidak beriman maka tidak berarti kafir. Dan hal tersebut juga merupakan rukun iman. Karena wahyu semacam ini masih terbuka bagi semua orang, agar imam orang tersebut dapat terjaga dengan segar dan menyatakan sebagai nabi yang haqiqi.
Dan hal itu berbeda dengan kenabian yang ada pada sekte Qadani, yang menurut pandangan merika bahwa nabi isa sebagaimana yang telah disampaikan dalam hadis-hadis sahih , yang sekalipun nabi isa tidak membawa syariat baru. Walaupun demikian dia tetap sebagai nabi yang tidak mandiri. Dan merupakan nabi yang paling mulia, dalam hal ini merika yakin bahwa nabi muhammadlah yang membawa syaria yang baru bukan nabi isa yang membawa syariat yang baru tersebut.
Akan tetapi sekte Qadiah inilah yang paling banyak menyatakan permusuhan terhadap terhadap para pengikut yang lain karena anggapan meriika tentang yang lain yang begitu sangat keras sehingga mengharamkan sesama saudara yang lain sehingga merika menjadi kaum yang minoritas dan akhirnya merika tidak dapat mencaci lagi kaum muslimin yang lain lagi.
3. Masalah Jihad
Masalah yang ketiga ini merupakan masalah yang sangt dirancangkan oleh al-Mahdi , yang dalam rancangannya tersebut mengangkut masalah doktrin ajaran terutama pada masalah misi kemahdian. Adapun yang di maksud merika tentang jihat di sini adalah tentang bagaimana jihat yang sebenarnya yang menyatakan dengan jihat yang telah diajarkan oleh nabi isa . bahwa jihad dapat dilakukan dengan tanpa kekerasan, bukan dengan menganagkat senjata atau melakukan serangan yang telah banyak dituduhkan oleh kalangan orientalis Barat. Sehingga untuk itu diperlukan adanya sesuatu pembaharuan yang baru tentang ajaran yang baru ini yang dapat dilakukan dengan media masa seperti koran maupaun dakwah yang telah sering dilakukan.[3] Sehinggga ajaran agama islam dapat di terima dengan baik oleh banyak pihak pada nantinya pada dasarnya kebanyakan merika yang memiliki anggapan yang salah tentang ajaran agama islam tentunya.
Pembaharuan tentang jihad ini tampaknya tanpaknya telah menambah keyakinan muslim non-Ahmadiah, bahwa para kaum Qadian telah menjadi alat pemeritah inggris, yang terutama keamanan merika yang tanpak sekali sangat terjamin dari pada kalangan yang lain yang sangat sekali di musuhi oleh pemerintah Inggris.
Kemudian dalam perkembangan ahmadiah tersebut tetap saja ada yang menerima terutama yang masih belum mengaut agama islam. Akan tetapi pada merika yanng telah menganut agama islam pastilah akan memusuhi merika (Ahmadiyah). Sehinggga ajaran merika lebih banyak ditujukan pada tempat-tempat yang masih belum terjamah oleh agama islam yang telah di bawa oleh nabi Muhamamad saw. Yang karena pandangan merika yang sangat berbeda degan umat islam paada umumnya menyebabkan merika sangat di bencci oleh kalangan islam itu sendiri. Merika sangat banyak sekali perbedaan dengan islam pada umumnya terutama, yaitu bahwa nabi isa telah disalib dan kuburannya berada di kasmir India. Merika juga menyatakan bahwa masih tetap ada nabi setelah nabi Muhamammad, walaupun nabi tersebut sebenarnya adalah nabi isa, tidak ada ayat yang di nash dan di mansuh, bahkan dalam melakukan jihat tidak perlu melakukannya dengan berperang.
Akan tetapi dari kalangan ulama islam telah banyak yang melakukkan jawaban terhadap merika (Ahmadiyah) bahwa nabi isa sebenarnya hanya di angkat oleh tuhan, setelah ia diwafatkan terlebih dahulu. Dan bahkan merika juga membantah tentang adanya kerasulan setelah nabi Muhammad saw.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ahmadiyah merupakan suaatu perkumpulan yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad, dari Qadian India. Dalam ajaran yang dibawanya itu sebenarnya untuk mengembalikan kembali apa yang telah di miliki oleh umat islam namun dalam perkembangannya sendiri terjadi suatu penyimpangan dari dalam, terutama setelah Mirza Ghulam Ahmad itu wafat. Hal tersebut diperparah lagi terjadinya perpecahan yang ada di dalam sendiri setelah ajaran tersebut yang memilki banyak sekali kontroversi ,terutama dari islam sendiri. Sehingga dalam melakukan pengembanagn, merika lebih banyak menyebarkan ajaran yang merika pahami tersebut. Merika memiliki pemahaman tentang seorang nabi yang akan menyelamatkan umat ini dari kesesatan. Lebih pada merika yang belum menganut agama islam terutama merika yang masih pada daerah-daerah pedalaman sehingga ajaran yang merika pahami dapat diterima oleh merika dengan baik.
Namun demikian pokok ajaran merika lebih banyak berotasi pada masalah kemahdian, dan bahkan merika dari kalangan Ahmadiyah memiliki keyakinan bahwa Mirza merupakna seorang nabi,yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Akan tetapi dari kalangan merika ada yang sangat keras terutama sekte Qadian yang beranggapan bahwa shalat bersama merika yang bukan anggota dari Ahmadiyah maka shalatnya tidak sah, dan bahkan tidak akan di terima. Namun demikian gerakan ahmadiyah ini sangat banyak sekali bertentangan dengan apa yang telah disampaikan oleh nabi Muhamad saw, sehingga banyak sekali dari umat islam lain yang membenci merika karena di anggap telah menyalahi dari ajaran yang sebenarnya dari ajaran islam.
Namun dalam gerakan Ahmadah tersebut teklah terjadi suatu prpecahan dari dalam, terutama setelah Mirza meninggal, dan terbagi nenjadi dua sekte, yaitu sekte Ahmadiyah Lahure dan sekte Ahmadiah Qadian. Pada kedua sekte ini memiliki banyak sekali perbedaan pemahaman tebtang Mirza itu sendiri. Sehingga diantara keduanya ini sering terjadi suatu pertentangan dan bahkan ada saling penkafiran diantaara keduanya tersebut.
Namun demikian dalam hal ini Ulama islam berpendapat bahwa gerakan Ahmadiyah sesat. Karena ada 4 hal yaitu nabi isa hanya diangkat oleh Allah, setelah diwafatkan. Tidak ada nabi atau rasul setelah nabi Muhammad saw (ali Imran ayat 55). Syariat islam sudah sempurna dengan ayat terakhirnya tersebut 9al-Maidah ayat 4). Menurut jumhur nabi Muhammad benar-benar migrat dengan badan dan jiwanya, bukan hanya mimpi dan kashafnya saja. Dengan alasan tersebutlah maka para ulama menerangkan alasan yang benar entang pemahaman apa yang ada pada islam. Sehingga gerakan Ahmadiyah pastinya memiliki perbedaan tentang penafsiran yang diberikan merika tersebut, sehingga apa yang selama ini dipahami oleh kebamakan oleh umat islam.
Walaupunn ajaran yang dibawa oleh merika tersebut yang sangat berbeda tetap saja ajaran yang merika bawa tersebut ada pengikutnya. Dan bahkan sekarang ini bertambah besar karena banyak sekali pengikut yang baru masuk kedalam ajaran atau sekte Ahmadiah tersebut. Namun demikian tetap saja sampai sekarang ajaran yang dibawa tersebut mendapat tekanan dari dalam islam, terutama dari islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw.
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Muslih, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Perspektif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta; 1994.
Masyhur, Kahar, Ilmu Perbandingan Agama, Depag, Jakarta; 1970.