Sexy Banget

Tampilkan postingan dengan label Filsafat.com. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filsafat.com. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Desember 2010

Ahmadiah


BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam pemahaman Ahmadiyah tersebut apabila telah ditandai dengan motif-motif politik maka akan trjadi suatu hal yang sangat menguntungkan pada salah satu pihak sajamaka untuk itu maka kita harus dapat memisahkan unsur yang terdapat disana sehingga apa yang dimaksudkan dalam pemahaman kita dapat menjadi lebih baik lagi. Ahmadiyah yang lahir pada ujung abad ke-19 tampaknya lebih bermotif pada masalah pemikiran terutama yang berada dalam islam. Yang paling utama lagi dalam hal tersebut di lakukan  untuk menghadapi bahaya kristenasi yang dilakukan oleh para penjajah yang berad di India.
            Namun demikian unsur yang terkandung yang ada didalamnya, terutama pada masalah kemahdian yang ada pada Mirza Ghulam Ahmad itu sendiri. Namun demikian ia juga banyak sekali mendapatkan  pertwentangan dari dalam ataupun dari luarislam itu sendiri. Karena pemahaman merika yang tampaknya agak berbeda dengan yang ada kebanyakan umat islam pada umumnya sehingga merika sering kali mendapatkan serangan dari umat  islam itu sendiri. Dan bahkan merika sangat berpegang teguh dengan apa yang merika yakini, sehingga merika tidak mungkin dapat dihapuskan dengan sekaligus namuan untuk dapat menghapus tanpakanya tidak mungkin namun untuk dapat merubah merika mungkin dapat. Karena keberbedaan prinsip tersebutlah yang menjadikan islam menadi sangat beragam macaam aliran dan bahkan sekte.
BAB II
AHMADIYAH
A.     SEJARAH LAHIRNYA AHMADIYAH
1.      Latar Belakang Sejarah Lahirnya Ahmadiyah
Lahirnnya Aliran ahmadiyah merupakan rentetan peristiwa sejarah dalam islam, yang kemunculannya tidak dapat terlepas dari  kundisi dan situasi ummat Muslim sendiri  pada saat itu. Yaitu sejak kekalahan Turki Usmani dalam serangan kedalam benteng Wina tahun 1683, pihak barat mulai bangkit menyerang kerajaan itu, dan serangan itu kemudian sangat efektif sekali setelah abad ke-18. Kemudian pada selanjutnya Barat terdorong oleh revolusi industri dan di tunjang dengan penemuan baru, merika mampu menciptakan-menciptakan senjata modern. Sehingga merika dapat menjarah daerah-daerah kekuasaan islam.
            Sesudah India menjadi koloni Inggris, tampaknya umat muslim yang masih bersikap tradisionalis dan fantalitis, dengan semangat anti pati dan fanatisme keagamaan yang berlebihan dalam menghadapi tradisi Barat, menyebabkan merika terisolasi.
            Setelah terjadi pemberontakan Munity (1857), pihak Inggris semakin curiga dan bersikap reaksioner terhadap umat islam yang ada di sana terutama di India. Sebagaimana telah di ketahui bahwa kaum Hindu, yang berada dibawah pemerintahan Inggris yang bersikap dapat menyembunyikan tingkah laku merika. sehingga umat islam di  sana menjadi lebih menjadi sorotan pihak pemerintah. Maka dalam keadaan demikian maka, intelektual kaum ulama Islam telah tenggelam sampai pada tingkatan yang  paling bawah. Sehingga pertarungan antara kelompok muslim, karena perbedaan paham yang kecil saja telah di pandang sebagai pengabdian kepada islam yang paling besar. Dan menghukum muslim yang lainnya sebagai kafir. Di sini Mirza telah engaaku telah dipilih oleh tuhan untuk menjadi imam mahdi yang bertugas dan mempunyai tanggung jawab moral untuk menunjukan islam dan muslim untuk memberikan interpristasi baru terhadap ayat-ayat al-Qur’an, yang disesuaikan dengan tuntunan jamannya. Hal tersebt juga didorong oleh gencarnya serangan dari kaum misionaris kristen dan propaganda kaum Hindu terhadap ummat muslim pada sat itu.
            W. C. Smith menggambarkan bahwa Ahmadiyah yang lahir pada akhir abad ke-19, ditengah huru-hara runtuhnya masyarakat islam lama dan infiltrasi budaya dengan sikapnya yang baru. Seranagan gencar dari misionaris kristen, dan berdirinya Universitas Aligarh yang baru, maka bedirilah Ahmadiyah yang sebagai protes terhadap keberhasilan kaum misionaris kristen yang telah memperoleh pengikut-pengikut baru. Dan sebagai suatu paham yang rasionalis westerninasi, dan juga sebagai protes terhadap kemorosotan islam paada umumnya. Akan tetapi hal tersebut telah terdengar oleh kaum muslim yang sangat agrisif, yaitu masih adanya nabi dan wahyu yang diturunkan oleh Tuhan, sesudah al-Qur’an dan sesudah kerasulan nabi Muhammad saw. Inilah kiranya yang menyebabkan timbulnya reaksi keras dan permusuhan dari umat islam terhadap aliran yang baru lahir ini.[1]
2. Pertumbbuhan dan Perkembangan Sekte Ahmadiyah
sejarah berdirinya ahmadiyah, tidak terlepas dari sejarah Mirza Gulam Ahmad sendiri sebagai pendiri gerakan ahmadiyah. Ia sendiri dilahirkan di Qadian 1935, yaitu ketika dinasti Mongolia, dan ia tinggal di Punjab India. Di punjab itulah ia kemudian mendirikan kota Qadian, menurut banyak keterangan ia berasal dari kalangan famili Ghulam Murtada dan masih keturunan Haji Barlas dari di nasti Mughal, dan karenanya didepan namanya keturunan keluarga ini terdapat sebutan nama Mirza.
            Sebelumnya keluarga Mirza pernah menjadi pembantu yang setia dari kolonial inggris di  India. Jauh sebelum itu kelurga tersebut telah lama menjalin kerjasama yang sangat erat, sehingga Mirza Ghulam Ahmad mendapat perlindungan setelah ia mendirikan Universitas Alighar, tentunya dari segi politis. Disamping itu dengan berdirinya Ahmadiyah yang disana ia menginginkan agar dapat melestarikan tradisi dari keluarganya yang telah lama menjalin hubungan dengan pemerintah inggris. Dan kemudian hal yang serupa juga dilakukan oleh anaknya setelah kedatangan atau kunjungan dari putra mahkota dari kerajaan inggris.
 Semangat pembaharuan ahmadiah muncul ketika ada kemunduran islam dan muslim di satu pihak, dan gencarnya serangan dari kaum Arya Samaj, dan kaum misionaris Kristen terhadap islam. Dan oleh karena itu mirza ghulam ahmad mulai terpanggil untuk mengadakan pembaharuan dalam masyarakat. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan Ahmadiyah pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase kebangkitan, fase perpecahan, fase perluasan daerah pengaruhnya.
a.      Fase kebangkitan (1880-1900)
Pada fase ini Mirza sendiri yang melakukan tangkisan-tangkisan terhadap serangan propagandis hindu dan kaum misionaris Kristen terhadap islam. Disamping itu ia juga aktif berdakwah.[2] Timbulnya suatu reaksi tentunya pasti ada, karena ada pernyataan darinya yang sangat pnomenal yang menyatakan bahwa untuk mendapat suatu pernyataan terhadap umat islam yang mengalami suatu perubahan maka diperlukan juga yang baru untuk menghadapi sesuatu hal yang baru demikian, yaitu wahyu baru untuk situasi baru tersebbut, walaupun setelah ia takwilkan agar merika dapat menerima apa yang disampaikannya  yaitu tentang pembenaran tersebut.
Dalam merialisasikan edi pembaharuannya tersebut maka Mirza melakukan hal tersebut dengan menerbitkan bukunya setelah ia menulis dan mengumpulkanny menjadi sebuah buku. Dalam buku tersebut ia dengan terng menyatakan bahwa “untuk dapat mempropagandakan islam maka diperlukan suatu organisasi yan kuat agar untuk itu maka ia memerlukan bai’at atau janji setia dari para pengikutnya. Setelah diadaknnya pembait’attan tersebut yang kemudian di beri nama jemaat Ahmadiah.Nama Ahmadiah tampaknya menurutnya diambil dari nama salah seorang nama nabi-nabi atau salah seorang Rasulullah.
b.      Fase Perpecahan (1900-1908)
Jemaah Ahmadiyah sebagai suatu wadah dan suatu sarana perjuaangan untuk mengembangkan ide kemahdian dan mencapai cita-citanya, mulailah pengikutnya secara terang-terangan di tahun 1900, mendakwahkan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan menghormati layaknya seorang rasul Tuhan. Yang di maksud nabi di sini adalah an-Nabiyun-Naqis atau an-Nabiyul-Muhaddas. Dengan sikap seperti inilah yang menyebabkan terjadi perpecahan aliran ini menjadi dua golongan, sesudah pendirinya wafat.
            Dalam perkembangan selanjutnya terjadi pergeseran akidah pada Mirza Ghulam Ahmad sesudah tahun 1901. Dan pada tahun 1904, ia juga mengaku sebagai Krisna selain al-Mahdiyang dijanjikan. Yang ia rintis melalui sebuah majalah media massa. Memang dalam misinya tersebbut untuk meluruskan kembali pandangan Barat terhadap islam. Hal inipun berlanjut setelah ia wafat yang dikembangkan oleh para pengikutnya. Di samping keberhasilannya tersebut yang tentunya dengan tantangan yang tidak ringan, terutama tantangan yang berhadapan dengan umat islam itu sendiri. Tantangan yang besar tersebut yang disebabkan oleh pembaharuan yang di lakuka oleh Mirza, sangat kontradiktif dengan aqidah yang sudah di miliki oleh umat islam pada umumnya.
            Dengan munculnya perbedaan tersebbut bermunculan pitnahan, atau terjadi saling pengkafiran antara yang satu dengan yang lainnya. Permusuhan tersebut berkelanjutan sampai pada pemutusan kekeluargaan antara pengikut Ahmadiyah dan non-Ahmadiyah. Kekerasan dan permusuhan yang ditujukan kepada aliran yang baru lahir tersebut tidak mendapat pembelaan dari siapapun. Merika dikucilkan melalui fatwa-fatwa ulama, perkawinan dengan merika di pandang tidak sah dan barang-barang merika halal dirampas tanpa dapat di tuntut oleh pengadilan. Namun hal tersebut tetap membuat merika tabah dan berdiri dengan tegarnya. Menurut merika itulah yang namanya perjuangan, karena setiap perjuangan dalam islam tentunya ada saja penghalang dalam menyampaikan sesuatu yang benar.
c.       Fase Perpecahan dan Pengembangan (1908-1924)
Keutuhan dan kesatuan Ahmadiyah, rupanya terbatas pada pendirinya, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Akan tetapi keruntuhan atau perpecahan di antara pengikutnya tersebut mulai tanpak ketika terjadi dua pandanagan yang sangat berbeda. Di mana pada pemikiran pertama berkisar pada masalah khilafah (pengganti pemimpin), sedang pemikiran yang kedua yaitu berkisaar pada masalah pengkafiran terhadap sesama Muslim.
            Sejak ada perpecahan tersebut maka maka secara reilnya tersebbut ini menjadi dua sekte, ekte pertama yaitu sete AhmadiahQadiani, yang didalamnya mencela muslim yang lainsebagai kafor. Dan sekte ini meyakinkan bahwa kenabian akan tetap terbuka setelah Rasulullah wafat. Yang dipimpin oleh Basyiruddin Mahmud Ahmad, tidak hanya sbagai Mujaddit (pembaharu), tetapi juga sebagai nabi dan rasul yang harus di taati dan di patuhi seluruh ajarannya.
            Dengan terpilihnya Basyiruddin mahmud Ahmad yang kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad ternyata tidak mendapatkan dukungan dari para anggota dari jemaat Ahmadiyah.
            Adapun golongan yang kedua di kenal dengan Ahmadiyah Lahore, yang dikenal dengan Ahmadiah Anjuman Isha’at Islam, lahirnya sekte Ahmadiah Lahore bermula dari kegagalan Maulawi Muhammad Ali dalam mencapai ambisinyauntuk menjadi Khalifah yang kedua. Oleh sebab itu, ia dan pengikutnya mebndirikan dan membentuk sekte yan berpusat di Lahori. Akan tetapi masalah tersebut lebih berpusat pada masalah aqidah. Yang merika anggab sebagai al-asih dan al-Mahdi, karrena apabila tidak mempercayai kalau al-Mahdi tersebut adalah Mirza maka orang tersebut tidak mengikuti seluruh ajaran al-Qur’an serta tidak mengindahkan pesan nabi tentang kehadiran al-Mahdi di akhir zaman.
            Akan tetapi kedua sekte teraebut sangat aktif pada cita-cita awal merita tentang kemahdian dari Mirza Ghulamm Ahmad, teritama kalangan terhadap kalangan masyarakat Kristeen Barat. Masing-masing pengikut mendirikan mesjid masing-masing sebagai pusat kegiatan dan menterjemahkn dengan komentarnya. Kedalam bahasa asing. Selain itu merika juga membuat majalah atau menerbitkan buku-buku tentang islam.
B.      AJARAN POKOK AHMADIYAH
1.      Masalah Wahyu
Menurut merika, wahyu tidak terputus sesudah rasulullah wafat, dan wahyu yang terhenti itu hanyalah wahyu tasyiri atau wahyu syariat. Cara turunnya wahyu sangat beragam, dan sangat cepatsehingga hal tersebut dapat melalui hati seseorang yang diterimanya, bahkan wayu dapat melalui hijab tuhan atau terbukanya tirai sehingga dapat berbicaera langsung dengan nabi bahka  Tuhan. Akan tetapi wahyu teentang kenabian akan terputus akan tetapi wahyu tentang yang lain tidajk akan terputus. Dengan anggapan tersebut maka sering kalii merika sangat yakin bahwa Mirza Ghulam Ahmad telah di angkat Tuhan kelangit dan ia menerima wahyu nya melalui ilham dan dinyatakan merika sebagai suatu wahyu leh anggapan  merika.
2.      Masalah Kenabian
Dalam masalah kenabian ini ada dua persi, antara sekte lahore dan Qadani, yaitu kenabian yang membawasyariat dan kenabian yang tanpa membawa syariat. Selanjutnya dijelaskan kenabian pada persi yang  Nubawwah Ghakedua ini, meliputi Nubawwah Mustaqillah(kenabian mandiri), dan Nubawwah Ghaiir Mustakillah (kenabian yang tidak mandiri), para nabi yang mandiri adalah para nabi yang datang sebelum nabi Muhammad dan merika masih mengikuti syariat yang di bawa oleh nabi muhammad, dimana merika tidak mengikuti syariat nabi sebelumnya. Dan nabi yang tidak mandiri adalah merika yang aada setelah nabi muhammad saw, dan merika masih mengikuto syriat yang di bawa oleh nabi muhammad saw.
            Akan tetapi pada nabi pada pemahaman ahmadiah sekte lahore ini bisa berarti memiliki wewenang  yang telah diberikan oleh tuhan atas dasar petunjuknya. Guna menghapuskan sebagian ajaran yang terdahulu sebagian yang dianggab tidak sesuai dengan syariat sekarang ini sehingga ajaran akan menjadi lebih sempurna lagi. Maka kata “Nabi” bermakna dua yaitu lughawi dan istilahi, sehingga sekte lahore berkesimpulan bahwa nabi lugawi atau nabi majazi yaitu orng  yang mendapat berita dari langit atau  dari Tuhan. Sedang  nabi yang membawa syariat, merika disebut nabi haqiqi. Sehingga menurut pandangan mererika al-Mahdi bukan nabi yang  haqiqi sehingga kalau tidak beriman maka tidak berarti kafir. Dan  hal tersebut juga merupakan rukun iman. Karena wahyu semacam ini masih terbuka bagi semua orang, agar imam orang tersebut dapat terjaga dengan segar dan menyatakan sebagai nabi yang haqiqi.
            Dan hal itu berbeda dengan kenabian yang ada pada sekte Qadani, yang menurut pandangan merika bahwa nabi isa sebagaimana yang telah disampaikan dalam hadis-hadis sahih , yang sekalipun nabi isa tidak membawa syariat baru. Walaupun demikian dia tetap sebagai nabi yang tidak mandiri. Dan merupakan nabi yang paling mulia, dalam hal ini merika yakin bahwa nabi muhammadlah yang membawa syaria yang baru bukan nabi isa yang membawa syariat yang baru tersebut.
            Akan tetapi sekte Qadiah inilah yang paling banyak menyatakan  permusuhan terhadap terhadap para pengikut yang lain karena anggapan meriika tentang yang lain yang begitu sangat keras sehingga mengharamkan sesama saudara yang lain sehingga merika menjadi kaum yang minoritas dan akhirnya merika tidak dapat mencaci lagi kaum muslimin yang lain lagi.
3.      Masalah Jihad
Masalah yang ketiga ini merupakan masalah yang sangt dirancangkan oleh al-Mahdi , yang dalam rancangannya tersebut mengangkut masalah doktrin ajaran terutama pada masalah misi kemahdian. Adapun yang di maksud merika tentang jihat di sini adalah tentang bagaimana jihat yang  sebenarnya yang menyatakan dengan jihat yang telah diajarkan oleh nabi isa . bahwa jihad dapat dilakukan dengan tanpa kekerasan, bukan dengan menganagkat senjata atau melakukan serangan yang telah banyak dituduhkan oleh kalangan orientalis Barat. Sehingga untuk itu diperlukan adanya sesuatu pembaharuan yang baru tentang ajaran yang baru ini yang dapat dilakukan dengan media masa seperti koran maupaun dakwah yang telah sering dilakukan.[3] Sehinggga ajaran agama islam dapat di terima dengan baik oleh banyak pihak pada nantinya  pada dasarnya kebanyakan merika yang memiliki anggapan yang salah tentang ajaran agama islam tentunya.
Pembaharuan tentang jihad ini tampaknya tanpaknya telah menambah keyakinan muslim non-Ahmadiah, bahwa para kaum Qadian telah menjadi alat pemeritah inggris, yang terutama keamanan merika yang tanpak sekali sangat terjamin dari pada kalangan yang lain yang sangat sekali di musuhi oleh pemerintah Inggris.
            Kemudian dalam perkembangan ahmadiah tersebut tetap saja ada yang menerima terutama yang masih belum mengaut agama islam. Akan tetapi pada merika yanng telah menganut agama islam pastilah akan memusuhi  merika (Ahmadiyah). Sehinggga  ajaran merika lebih banyak ditujukan pada tempat-tempat yang masih belum terjamah oleh agama islam yang telah di bawa oleh nabi Muhamamad saw. Yang karena pandangan merika yang sangat berbeda degan umat islam paada umumnya menyebabkan merika sangat di bencci oleh kalangan islam itu sendiri. Merika sangat banyak sekali perbedaan dengan islam pada umumnya  terutama,  yaitu bahwa nabi isa telah disalib dan kuburannya berada di kasmir India. Merika juga menyatakan bahwa masih tetap ada nabi setelah nabi Muhamammad, walaupun nabi tersebut sebenarnya adalah nabi isa, tidak ada ayat yang di nash dan di mansuh, bahkan dalam melakukan jihat tidak perlu melakukannya dengan berperang.
            Akan tetapi dari kalangan ulama islam telah banyak yang melakukkan jawaban terhadap merika (Ahmadiyah) bahwa nabi isa sebenarnya hanya di angkat oleh tuhan, setelah ia diwafatkan terlebih dahulu. Dan bahkan merika juga membantah tentang adanya kerasulan setelah nabi Muhammad saw.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Ahmadiyah merupakan suaatu perkumpulan yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad, dari  Qadian India. Dalam ajaran yang dibawanya itu sebenarnya untuk mengembalikan kembali apa yang telah di miliki oleh umat islam namun dalam perkembangannya sendiri terjadi suatu penyimpangan dari dalam, terutama setelah Mirza Ghulam Ahmad itu wafat. Hal tersebut diperparah lagi terjadinya perpecahan yang ada di dalam sendiri setelah ajaran tersebut yang memilki banyak sekali kontroversi ,terutama dari islam sendiri. Sehingga dalam melakukan pengembanagn, merika lebih banyak menyebarkan ajaran yang merika pahami tersebut. Merika memiliki pemahaman tentang seorang nabi yang akan menyelamatkan umat ini dari kesesatan. Lebih pada merika yang belum menganut agama islam terutama merika yang masih pada daerah-daerah pedalaman sehingga ajaran yang merika pahami dapat diterima oleh merika dengan baik.
            Namun demikian pokok ajaran merika lebih banyak berotasi pada masalah kemahdian, dan bahkan merika dari kalangan Ahmadiyah memiliki keyakinan bahwa Mirza merupakna seorang nabi,yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Akan tetapi dari kalangan merika ada yang sangat keras terutama sekte Qadian yang beranggapan bahwa shalat bersama merika yang bukan anggota dari Ahmadiyah maka shalatnya tidak sah, dan bahkan tidak akan di terima. Namun demikian gerakan ahmadiyah ini sangat banyak sekali bertentangan dengan apa yang telah disampaikan oleh nabi Muhamad saw, sehingga banyak sekali dari umat islam lain yang membenci merika karena di anggap telah menyalahi dari ajaran yang sebenarnya dari ajaran islam.
            Namun dalam gerakan Ahmadah tersebut teklah terjadi suatu prpecahan dari dalam, terutama setelah Mirza meninggal, dan terbagi nenjadi dua sekte, yaitu sekte Ahmadiyah Lahure dan sekte Ahmadiah Qadian. Pada kedua sekte ini memiliki banyak sekali perbedaan pemahaman tebtang Mirza itu sendiri. Sehingga diantara keduanya ini sering terjadi suatu pertentangan dan bahkan ada saling penkafiran diantaara keduanya tersebut.
Namun demikian dalam hal ini Ulama islam berpendapat bahwa gerakan Ahmadiyah sesat. Karena  ada 4 hal yaitu nabi isa hanya diangkat oleh Allah, setelah diwafatkan. Tidak ada nabi atau rasul setelah nabi Muhammad saw (ali Imran ayat 55). Syariat islam sudah sempurna dengan ayat terakhirnya tersebut 9al-Maidah ayat 4). Menurut jumhur nabi Muhammad benar-benar migrat dengan badan dan jiwanya, bukan hanya mimpi dan kashafnya saja. Dengan alasan tersebutlah maka para ulama menerangkan alasan yang benar entang pemahaman apa yang ada pada islam. Sehingga gerakan Ahmadiyah pastinya memiliki perbedaan tentang penafsiran yang diberikan merika tersebut, sehingga apa yang selama ini  dipahami oleh kebamakan oleh umat islam.
            Walaupunn ajaran yang dibawa oleh merika tersebut yang sangat berbeda tetap saja ajaran yang merika bawa tersebut ada pengikutnya. Dan bahkan sekarang ini bertambah besar karena banyak sekali pengikut yang baru masuk kedalam ajaran atau sekte Ahmadiah tersebut. Namun demikian tetap saja sampai sekarang ajaran yang dibawa tersebut mendapat tekanan dari dalam islam, terutama dari islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw.
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Muslih, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Perspektif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta; 1994.
Masyhur, Kahar, Ilmu Perbandingan Agama, Depag, Jakarta; 1970.


[1]  Muslih Fathoni. Paham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Perspiktif, 1984, hal; 53-54
[2] Dalam dakwahnya tersebut tidak jauh bereda dengan apa yang disampaikan oleh orang islam pada umumnya.
[3]Kahar Masyhur, Ilmu Perbandingan Agama; 1970.

Kepercayaan Masyarakat Banjar


A. Pendahuluan
Pengakuan bahwa religi suatu sistem, berarti religi itu terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain, dan masing-masing bagia merupakan satu sistem tersendiri. Apabilakita berbicara tentang sistem kepercayaan, maka yang dimaksud ialah seluruh kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh seseorang atau kesatuan sosial. Kesatuan social itu dapat berwujud suatu masyarakat dalam arti luas, tetapi dapa pula berwujud satu kelompok kekerabatan yang relatif kecil, dalam hal ini Bubuhan dalam masyarakat Banja, atau bahkan keluarga batih semata-mata, dan dapat pula berwujud suatu masyarakat daerah lingkungan tertentu. Pengkatagorian atas berbagai-bagai system kepercayaan yang ada dalam masyarakat Banjar sedikit banyak berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.
B. Perkembangan Agama Atau Kepercayaan Dalam Masyarakat Banjar
Bentuk-bentuk kepercayaan dan praktek-praktek keagamaan yang bagaimana yang dianut oleh nenek-nenek moyang orang Banjar tatkala mereka mula-mula menetap di sini, sulit mencari keterangan dan bukti yang akurat untuk mengutarkan asal-usul agama dalam suku Banjar.barangkali aspek religius dari kehidupan masyarakat Bukit yang mendiami pegunungan Merartus adalah merupakan sisa-sisa yang masih tertinggal (survivals) dari kepercayaan mereka itu. Tentu saja dengan mengingart pengaruh dari agama Hindu dan Islam. Mungkin pula religi nenek moyang orang Banjar pada zaman purba itu dapat ditelusuri di kalangan suku Murba yang hidup di daerah Sumatera (Riau dan Jambi) dan Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia Barat) pada saat ini. Dengan demikian kita bias memperkirakan bahwa religi mereka berdasarkan pemujaan nenek moyang dan adanya makhluk-makhluk halusdi sekitar mereka (animisme). Mungkin bentuk-bentuk pemujaan nenek moyang dan aspek-aspek animisme dari kegidupan keagamaan masyarakat Banjar, yang kadang-kadang masih muncul, adalah sisa-sisa dari agama mereka dahulu kala.
Tentang agama yang dianut oleh raja-raja cikal bakal sultan-sultan Banjar, Hikayat Banjar mungkin dapat dijadikan landasan. Empu Jatmika pada waktu mendirikan keraton Negaradipa konon menyuruh pula membangun candi, yang dinamakan “candi Agung”, yang bekas-bekasnya masih ada di kota Amuntai, tidak jauh dari pertemuan sungai Balangan dan Tabalong.
Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa agama yang dianut di Negaradipa dan demikian pula agaknya di Negaradaha, ialah salah satu bentuk agama Syiwa, mungkin sekali dalam bentuk sinkretisme syiwa Budha. Pengaruh ini intensif, menurut salah satu peneliti sejarah budaya Banjar hanya terbatas dalam lingkungan Keratondan keluarga bangsawan atau pembesar-pembesar kerajaan, dan hanya berkenaan dengan daerah ibukota lalawangan (mungkin setingkat kabupaten Jawa).
Sejak pangeran Samudera dinobatkan sebagai sultan Suriansyah di Banjarmasin, yaitu kira-kira 400 tahun yang lalu, Islam telah menjadi agama resmi kerajaan menggantikan agama Hindu. Dan agaknya perubahan agama istana Hindu menjadi Islam dipandang oleh rakyat awam sebagai hal yang sewajarnya saja, dan tidak perlu mengubah loyalitas mereka. Sejak masa Suriansyah proses islamisasi berjalan cepat, sehingga dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama, yaitu sekitar pertengahan abad-18 atau bahkan sebelumnya, Islam sudah menjadi identitas oaring Banjar.
Sebagaimana nama-nama atau barangkali lebih baik gelar-gelar bagi dewa tertinggi itu memperlihatkan adanya pengaruh Hindu dan Islam., dan sebagian lagi membayangkannya sebagai nenek moyang.
Agama Kristen mulai diperkenalkan sekitar tahun 1688 oleh seorang pastor Portugi, namun penyebaran agam Kristen secara intensif dilakukan di kalangan orang Dayak di kawasan ini oleh kegiatan zending sejak tahun 1688. orang-orang Dayak sasaran khususnya ialah yang bertempat tinggal di (propinsi) Kalimantan Tengah, sedangkan orang-orang Bukit baru terjamah oleh kegiatan pengkristenan pada permulaan abad ini.
Feuilletau de Bruyn melaporkan ditemukannya sekitar 200 orang Kristen di kalangan orang Manyan di sekitar kota Tanjung, yang tersebar dalam beberapa kampung, sedangkan beberapa penganut Kristen di Labuhan pada waktu itu tidak diperoleh sesuatu keterangan.
Setelah menceritakan tentang sultan Suriansyah, selaku sultan Banjar pertama yang menganut agama Islam, Hikayat Banjartidak menyinggung-nyinggung lagi bagaimana proses islami selanjutnya atau bagaimana pengaruh Islam terhadap pemerintahan dan kehidupan sehari-hari, selain menyebut beberapa jabatan agama, yaitu panghulu, chalifah dan chatib.
Mungkin perkembangan jabatan-jabatan agama dari yang tertinggi di ibukota kesultanan sampai yang terendah di kampong-kampung adalah atas pengaruh syekh Muhammmad Arsyad al Banjari. Pengaruh beliau terhadap pelaksanaan sehari-hari di kehidupan keagamaan orang Banjar cukup besar. Karya yang konon didasarkan atas ajaran beliau, yaitu kitab perukuna, sejak lama sekali, bahakn sampai sekarang masih, merupakan kitab pegangan bagi sebagian besar ummat Islam di Banjar, bahkan juga di daerah-daerah lainnya di Indinesia.
C. Kepercayaan Dan Keyakinan Di Masyarakat Banjar
Kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya keperyacaan religius yang dianut masyarakat Banjar, sistem ritus dan system upacara yang diajarkan Islam bukanlah satu-satunya sistem upacara yang dilakukan. Keseluruhan kepercayaan yang dianut orang Banjar penulis sejarah bedakan menjadi tiga katagori. Yang pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam. Isi kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam. Yang harus disebutkan di sini, sehubungan dengan karangan ini, ialah kepercayaan tentang malaikat sebagai makhluk tuhan dengan fungsi-fungsi tertentu. Dan tentang adanya kehidupan sesudah mati atau sesudah hancurnya alam semesta ini ( hari akhirat) selain manusia dan malaikat, masih ada dua jenis makhluk tuhan lai yang termasuk dalam sistem kepercayaan ini dan keduanya memang disebut dalam Al Qur’an, yaitu jin dan setan atau iblis.
Kedua, kepercayaan yang munkin ada kaitannya denga struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu, yaitu setidak-tidaknya pada masa sultan-sultan dan sebelumnya. Orang-orang Banjar pada waktu itu hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal dalam rumah, dan belakangan, dalam lingkungan, bubuhan pula.
Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang dinamakan atau lebih baik penulisan kategorikan sebagai aruh tahunan, disertai berbagai keharusan atau tantangan sehubungan dengan kepercayaan itu.
Ketiga, kepercayaan yang berhubungan dengan tafsiran masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.kepercayaan kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori keduakepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan. Referensi sehubungan denga kepercayaan Islam biasanya diperoleh dari ulama-ulama, kepercayaan bubuhan diperoleh dari tokoh bubuhan dan kepercayaan yang berhubungan dengan tafsiran penduduk terhadap lingkungan alam sekitar (kepercayaan lingkungan) diperoleh dari tabib-tabib, sebutan dukun dalam masyarakat Banjar, atau orang-orang tua tertentu, terutama yang tinggal di lingkungan yang bersangkutan tetapi juga yang bertempat tinggal di luarnya. Masih sehubungan dengan bentuk kepercayaan yang ketiga, kep0ercayaan lingkungan, ialah kepercayaan yang berkenaan dengan isi alam ini.
Di dalam masyarakat berkembang kepercayaan dengan minyak-minyak sakti, yang konon berkhasiat menyebabkan dagangan sipemakainya laku, ia disukai orang, menyembuhkan luka bagaimanapun parahnya, atau kebal terhadap senjata, tetapi di samping itu ada di antara minyak-minyak sakti itu yang berakibat sampingan berupa   menjadi “hantu” setelah matinya kelak, khsusnya berkenaan wanita yang minum minyak kuyang.
Masyarakat Banjar mengembangkan kegiatan berupacara hamper dalam semua bidang kehidupan: yang ia lihat dari sifatnya merupakan pelaksanaan belaka dari kewajiban-kewajiban (dan anjuran-anjuran) yang diajarkan oleh agama Islam, terjadi dalam rangka peralihan tahap-tahap hidup seorang individu, yang berulang tetap sesuai jalannya kelender, dan yang terjadi sewaktu-waktu dirasakan keperluan untuk itu.
D. Penutup
Kepercayaan dan agama yang dianut nenek moyang kita pada zaman dahulu yang berkembang hingga sekarang tidak lepas dari beberapa keyakinan tentang hal yang gaib dan dijadikan ritual penyembahan. Sejak masa syehk Arsyad al Banjari perubahan dan perkembangan agama terjadi khususnya agama Islam sedangkan agama Kristen datang di bawa oleh bangsa Portiugis dan berkembang di masyarakat Banjar sehingga terjadi keragaman agama dalam masyarakat banjar.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Alfani, 1997. Islam Dan Masyarakat Banjar. Jakarta. PT. Raja Grafindo.
Http://www.indomedia.com/bpost/pudak/journal/islam. Htm#1

Studi kepercayaan masyarakat terhadap kekeramatan


A.    Latar belakang masalah
Pengakuan pada religi merupakan suatu sistem, berarti religi itu terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain, dan masing-masing bagian merupakan satu sistem tersendiri. Apabila  kita berbicara tentang sistem kepercayaan, maka yang dimaksud ialah seluruh kepercayaan atau keyakinan yang di anut oleh seseorang atau kesatuan sosial. Kesatuan sosial itu dapat berwujud suatu masyarakat dalam arti luas, tetapi dapa pula berwujud satu kelompok kekerabatan yang relatif kecil, dalam hal ini Bubuhan dalam masyarakat Banjar, atau bahkan keluarga batih semata-mata, dan dapat pula berwujud suatu masyarakat daerah lingkungan tertentu. Pengkatagorian atas berbagai sistem kepercayaan yang ada dalam masyarakat Banjar sedikit banyak berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.
Kepercayaan dan agama yang di anut nenek moyang pada zaman dahulu yang berkembang hingga sekarang tidak lepas dari beberapa keyakinan tentang hal yang gaib dan dijadikan ritual penyembahan. Sejak masa syehk Arsyad al Banjari perubahan dan perkembangan agama terjadi khususnya agama Islam sedangkan agama Kristen datang di bawa oleh bangsa Portiugis dan berkembang di masyarakat Banjar sehingga terjadi keragaman agama dalam masyarakat banjar.
Fenomena yang merupakan suatu tradisi turun temurun dan sudah berakar kuat di kalangan umat Islam. Meskipun muncul kritikan yang dapat menodai tauhid, tetapi dalam faktanya kegiatan tersebut tidak pernah pudar sama sekali bahkan cenderung makin ramai terutama setelah terbukti. Penelitian lapangan yang mengambil lokasi pada makam di Banjarmasin  ini menyoroti bentuk-bentuk keyakinan dan ritual yang dipraktekkan para peziarah. Kenyataannya, kepercayaan peziarah memang sangatlah mengkeramatkan makam-makam tersebut. Meskipun demikian, kepercayaan tersebut tidak lah tunggal karena sangat tergantung pada pola pikir, pemahaman keagamaan dan tradisi yang melingkupinya.
Manusia dan kelompoknya selalu mempunyai kepercayaan tentang adanya wujud yang Maha Tinggi, dan mereka mengembangkan cara tertentu untuk memuja dan menyembah-Nya sebagai bentuk ekspresi ritualnya. Sementara itu Islam hadir dengan membawa misi tauhid, suatu kepercayaan yang anti mitologi. Tauhid merupakan inti ajaran Islam yang mengajarkan kepada manusia bagaimana berketuhanan yang benar, dan selanjutnya menuntun manusia untuk berkemanusiaan yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid menjadi pegangan pokok yang membimbing dan mengarahkan manusia untuk bertindak benar, baik dalam hubungan dengan Allah, dengan sesama maupun dengan alam semesta. Menjalankan konsep tauhid secara benar, akan mengantarkan manusia menuju kebebasan asasi yang paling fundamental. Karena watak dasarnya yang anti mitologi (amythical) dan anti sakramentalisme, maka Islam merupakan agama yang bersifat langsung dan lurus, wajar, alami, sederhana dan mudah dipahami. Justru kualitas-kualitas itulah yang menjadi pangkal vitalitas dan dinamika Islam sehingga memiliki daya sebar sendiri yang sangat kuat. Ini juga merupakan penjelasan, mengapa Islam pada awal-awal sejarahnya dengan cepat memperoleh kemenangan spektakuler yang tidak ada bandingannya dalam sejarah agama-agama.
Kepercayaan-kepercayaan tradisional yang lebih dahulu telah berakar-kuat dalam tradisi lokal. Fenomena semacam ini sampai sekarang masih terlihat dalam kehidupan keberagamaan kaum awam. Umumnya mereka selalu menghubungkan keyakinan agama dengan kejadian-kejadian supranatural dari orang-orang yang mereka pandang "suci". Magisme itu timbul karena adanya harapan seseorang akan terjadinya hal-hal luar biasa untuk dirinya atau orang yang dikehendaki, sebagai cara yang tepat untuk memperoleh suatu manfaat semisal kesembuhan, keamanan, kekayaan, dan kekuatan. Kepercayaan tentang mukjizat atau karâmah (Ind: keramat) sebab keduanya diakui adanya dalam agama. Menurut Islam, mukjizat hanyalah terjadi pada diri Nabi, sedangkan karomah hanya terjadi pada wali atau orang-orang khusus. Sebagai suatu bentuk kesempurnaan, mukjizat dan karomah berdiri di atas tiga tonggak; pengetahuan (al-'Ilm), kemampuan (al-Qudrah), dan kemandirian (al-Ghinâ). Namun tidak ada yang bisa memiliki ketiganya itu secara sempurna kecuali hanya Allah swt. Disini terdapat persoalan keyakinan  terhadap kekuatan supra-natural. Dalam banyak fakta, masyarakat melihat bahwa orang-orang tertentu dari kalangan mereka dipandang memiliki suatu kelebihan, baik dalam hal penyembuhan atau kemustajabahan do'anya. Maka ketika tokoh-tokoh ini meninggal, makam atau kuburnya selalu ramai dikunjungi orang dari waktu ke waktu.Tradisi ini sudah turun-temurun dalam waktu lama hingga sulit diperkirakan tahun berapa dimulainya. Tujuan para peziarah mendatangi makam-makam tersebut sangat beragam : ada yang karena ingin kesembuhan dari suatu penyakit, keinginan segera menemukan jodoh, berharap mendapat rezeki melimpah, minta laris usaha perdagangan/bisnis, ingin terbebas dari mara bahaya, dan lain-lain.

Perihal istilah “keramat” sesungguhnya merupakan suatu istilah yang lazim di pakai kalangan masyarakat untuk menyebut hal-hal yang berbau mistis. Terlebih bagi umat Islam yang cukup kaya dengan berbagai pandangan teologis perihal keabsahan suatu karomah. Persoalan kekeramatan ini tidak samata-mata persoalan agama tetapi sekaligus juga berhubungan tradisi dan budaya. Karâmah artinya kemuliaan atau kehormatan dari Allah. Karena karomah merupakan anugerah Ilahi maka klaim kepemilikan manusia tentang hal itu menjadi absurd. Tentang keberadaan berbagai bentuk karomah itu sendiri memang riil (nyata) dan diakui adanya oleh kalangan luas. Tetapi patut di catat, sesuatu yang bersifat supranatural itu ada tiga macam: yang terpuji dalam agama, yang tercela, dan yang netral. Kalau yang netral itu membawa manfaat maka jadilah ia karunia, dan kalau membawa mudharat maka tidak ada gunanya. Dalam hubungan ini Ibnu Taimiyah mengingatkan kita akan pesan yang pernah disampaikan oleh Abu Al-Jauzajani: "Jadilah engkau orang yang mencari istiqamah dan janganlah menuntut karomah. Sebab nafsumu mendorongmu mencari karomah, padahal Tuhanmu menginginkan darimu sikap istiqamah". Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan yang benar tentang kekeramatan hakekatnya tergantung pada otentisitas motivasi yang ada pada diri peziarah.
B.     Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana bentuk-bentuk keyakinana masayaraat yang ada di sana ?
2.      Apa saja yang menjadi nilai-nilai yang terkandung di dalam kepercayaan masyarakat terhadap kekeramatan kubur tersebut ?
C.     Tujuan dan  kegunaan penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk dapat mengungkapfkta dan data yang mendalam dan terperinci tentang bentuk-bentuk keyakinan masyarakat disana. Dan nilai-nilai yang terkandung dalam kepercayaan masyarakat terhadap kekeramatan tokoh yang dikubur. Nilai –nilai yang terkandung di sana dapat berupa pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasanserta adat istiadat atau iteka yang berlaku di masyarakat.
Adapun kegunaan penelitian ini pada nantinya dapat digumakan uuntuk daapt memberikan informasi penting yang beharga bagi masyarakat. Dan disampinng  itu hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi dan masukanbagi semmua kalangan, baik dari pelajar maupun masyarakat pada umumnya.
D.    Metode  penelitian
Menurut S. Margono (2002: 18) penelitian adalah penerapann pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. (
Metode yang digunakan lebih kepada deskriptif-analitis, di sebut deskriptif karena menggambarkanfenomena apa adanya, perkembangan yang terjadi, trend yang mengemuka, dan pendapat yang muncul, baik yang berhubungan masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Teknik utama pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara mendalam. Dalam hubungan ini terutama dalam wawanncara yang ta-berstruktur dapat lebih bebas dan lebihh leluasa dalam mengungkap keyakinan-keyakinan mereka. Wawancara dapat mengambil sekitar 30 orang sebagai perwakilan dari sekian banyak pengunjung, yang dating kesana yang bertujjuan untuk melakuakan jiarah. Dan kemudian untuk dapat menambah teknik pengumpulan data tersebut juga di perlukan adanya dokomentasi untuk kelengkapan data. Dan berikutnya kemudian dari hasil wawancara tadi kemudian di analisis.
E.     Diskripsi makam
Makam ini terletak di Banjarmasin atau tepatnya pada kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Lokasi makam letaknya gak terpencil tapi masih disekitar jalan utama, yang juga merupakan kawasan pemukiman warga.
            pada makam tersebut tidak di jaga dengan ketat, tetapi masyarakat masih memperhatiakan kondisi makam tersebut dengn melakuakn perawatan.
 Makam yangdikeramatkan in tanpaknya sangat sulit untuk dikethui denbgan lebih jauh karena orang ang mengetahui asal usul dari seorang tokoh yang dikubur pada makam tersebut tanpaknya sangat sulit untuk mencarinya, karena hanya orang-orang tertentu yan dapat mengetahui asal usul dari tokoh tersebut.
Daftar pustaka
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1970
Daud, Alfani, 1997. Islam Dan Masyarakat Banjar. Jakarta.
 PT. Raja Grafindo.
Http://www.indomedia.com/bpost/pudak/journal/islam. Htm#1
http://www.insistnet.com - INSISTS - Institute for The Study of Islamic Thought and PCoivwileizreadtio bny Mambo Generated: 12 November, 2007, 06:36
Azharibrahimalwee, aibrahim@ne.edu.sg
Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (Bandung : Mizan, 1999), cet. VII.
Masyhur, Kahar, Ilmu Perbandingan Agama, Depag, Jakarta; 1970.

Teman-teman yang mendukung, yaitu :