A. Latar belakang masalah
Pengakuan pada religi merupakan suatu sistem, berarti religi itu terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain, dan masing-masing bagian merupakan satu sistem tersendiri. Apabila kita berbicara tentang sistem kepercayaan, maka yang dimaksud ialah seluruh kepercayaan atau keyakinan yang di anut oleh seseorang atau kesatuan sosial. Kesatuan sosial itu dapat berwujud suatu masyarakat dalam arti luas, tetapi dapa pula berwujud satu kelompok kekerabatan yang relatif kecil, dalam hal ini Bubuhan dalam masyarakat Banjar, atau bahkan keluarga batih semata-mata, dan dapat pula berwujud suatu masyarakat daerah lingkungan tertentu. Pengkatagorian atas berbagai sistem kepercayaan yang ada dalam masyarakat Banjar sedikit banyak berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.
Kepercayaan dan agama yang di anut nenek moyang pada zaman dahulu yang berkembang hingga sekarang tidak lepas dari beberapa keyakinan tentang hal yang gaib dan dijadikan ritual penyembahan. Sejak masa syehk Arsyad al Banjari perubahan dan perkembangan agama terjadi khususnya agama Islam sedangkan agama Kristen datang di bawa oleh bangsa Portiugis dan berkembang di masyarakat Banjar sehingga terjadi keragaman agama dalam masyarakat banjar.
Fenomena yang merupakan suatu tradisi turun temurun dan sudah berakar kuat di kalangan umat Islam. Meskipun muncul kritikan yang dapat menodai tauhid, tetapi dalam faktanya kegiatan tersebut tidak pernah pudar sama sekali bahkan cenderung makin ramai terutama setelah terbukti. Penelitian lapangan yang mengambil lokasi pada makam di Banjarmasin ini menyoroti bentuk-bentuk keyakinan dan ritual yang dipraktekkan para peziarah. Kenyataannya, kepercayaan peziarah memang sangatlah mengkeramatkan makam-makam tersebut. Meskipun demikian, kepercayaan tersebut tidak lah tunggal karena sangat tergantung pada pola pikir, pemahaman keagamaan dan tradisi yang melingkupinya.
Manusia dan kelompoknya selalu mempunyai kepercayaan tentang adanya wujud yang Maha Tinggi, dan mereka mengembangkan cara tertentu untuk memuja dan menyembah-Nya sebagai bentuk ekspresi ritualnya. Sementara itu Islam hadir dengan membawa misi tauhid, suatu kepercayaan yang anti mitologi. Tauhid merupakan inti ajaran Islam yang mengajarkan kepada manusia bagaimana berketuhanan yang benar, dan selanjutnya menuntun manusia untuk berkemanusiaan yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid menjadi pegangan pokok yang membimbing dan mengarahkan manusia untuk bertindak benar, baik dalam hubungan dengan Allah, dengan sesama maupun dengan alam semesta. Menjalankan konsep tauhid secara benar, akan mengantarkan manusia menuju kebebasan asasi yang paling fundamental. Karena watak dasarnya yang anti mitologi (amythical) dan anti sakramentalisme, maka Islam merupakan agama yang bersifat langsung dan lurus, wajar, alami, sederhana dan mudah dipahami. Justru kualitas-kualitas itulah yang menjadi pangkal vitalitas dan dinamika Islam sehingga memiliki daya sebar sendiri yang sangat kuat. Ini juga merupakan penjelasan, mengapa Islam pada awal-awal sejarahnya dengan cepat memperoleh kemenangan spektakuler yang tidak ada bandingannya dalam sejarah agama-agama.
Kepercayaan-kepercayaan tradisional yang lebih dahulu telah berakar-kuat dalam tradisi lokal. Fenomena semacam ini sampai sekarang masih terlihat dalam kehidupan keberagamaan kaum awam. Umumnya mereka selalu menghubungkan keyakinan agama dengan kejadian-kejadian supranatural dari orang-orang yang mereka pandang "suci". Magisme itu timbul karena adanya harapan seseorang akan terjadinya hal-hal luar biasa untuk dirinya atau orang yang dikehendaki, sebagai cara yang tepat untuk memperoleh suatu manfaat semisal kesembuhan, keamanan, kekayaan, dan kekuatan. Kepercayaan tentang mukjizat atau karâmah (Ind: keramat) sebab keduanya diakui adanya dalam agama. Menurut Islam, mukjizat hanyalah terjadi pada diri Nabi, sedangkan karomah hanya terjadi pada wali atau orang-orang khusus. Sebagai suatu bentuk kesempurnaan, mukjizat dan karomah berdiri di atas tiga tonggak; pengetahuan (al-'Ilm), kemampuan (al-Qudrah), dan kemandirian (al-Ghinâ). Namun tidak ada yang bisa memiliki ketiganya itu secara sempurna kecuali hanya Allah swt. Disini terdapat persoalan keyakinan terhadap kekuatan supra-natural. Dalam banyak fakta, masyarakat melihat bahwa orang-orang tertentu dari kalangan mereka dipandang memiliki suatu kelebihan, baik dalam hal penyembuhan atau kemustajabahan do'anya. Maka ketika tokoh-tokoh ini meninggal, makam atau kuburnya selalu ramai dikunjungi orang dari waktu ke waktu.Tradisi ini sudah turun-temurun dalam waktu lama hingga sulit diperkirakan tahun berapa dimulainya. Tujuan para peziarah mendatangi makam-makam tersebut sangat beragam : ada yang karena ingin kesembuhan dari suatu penyakit, keinginan segera menemukan jodoh, berharap mendapat rezeki melimpah, minta laris usaha perdagangan/bisnis, ingin terbebas dari mara bahaya, dan lain-lain.
Perihal istilah “keramat” sesungguhnya merupakan suatu istilah yang lazim di pakai kalangan masyarakat untuk menyebut hal-hal yang berbau mistis. Terlebih bagi umat Islam yang cukup kaya dengan berbagai pandangan teologis perihal keabsahan suatu karomah. Persoalan kekeramatan ini tidak samata-mata persoalan agama tetapi sekaligus juga berhubungan tradisi dan budaya. Karâmah artinya kemuliaan atau kehormatan dari Allah. Karena karomah merupakan anugerah Ilahi maka klaim kepemilikan manusia tentang hal itu menjadi absurd. Tentang keberadaan berbagai bentuk karomah itu sendiri memang riil (nyata) dan diakui adanya oleh kalangan luas. Tetapi patut di catat, sesuatu yang bersifat supranatural itu ada tiga macam: yang terpuji dalam agama, yang tercela, dan yang netral. Kalau yang netral itu membawa manfaat maka jadilah ia karunia, dan kalau membawa mudharat maka tidak ada gunanya. Dalam hubungan ini Ibnu Taimiyah mengingatkan kita akan pesan yang pernah disampaikan oleh Abu Al-Jauzajani: "Jadilah engkau orang yang mencari istiqamah dan janganlah menuntut karomah. Sebab nafsumu mendorongmu mencari karomah, padahal Tuhanmu menginginkan darimu sikap istiqamah". Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan yang benar tentang kekeramatan hakekatnya tergantung pada otentisitas motivasi yang ada pada diri peziarah.
B. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk-bentuk keyakinana masayaraat yang ada di sana ?
2. Apa saja yang menjadi nilai-nilai yang terkandung di dalam kepercayaan masyarakat terhadap kekeramatan kubur tersebut ?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk dapat mengungkapfkta dan data yang mendalam dan terperinci tentang bentuk-bentuk keyakinan masyarakat disana. Dan nilai-nilai yang terkandung dalam kepercayaan masyarakat terhadap kekeramatan tokoh yang dikubur. Nilai –nilai yang terkandung di sana dapat berupa pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasanserta adat istiadat atau iteka yang berlaku di masyarakat.
Adapun kegunaan penelitian ini pada nantinya dapat digumakan uuntuk daapt memberikan informasi penting yang beharga bagi masyarakat. Dan disampinng itu hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi dan masukanbagi semmua kalangan, baik dari pelajar maupun masyarakat pada umumnya.
D. Metode penelitian
Menurut S. Margono (2002: 18) penelitian adalah penerapann pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. (
Metode yang digunakan lebih kepada deskriptif-analitis, di sebut deskriptif karena menggambarkanfenomena apa adanya, perkembangan yang terjadi, trend yang mengemuka, dan pendapat yang muncul, baik yang berhubungan masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Teknik utama pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara mendalam. Dalam hubungan ini terutama dalam wawanncara yang ta-berstruktur dapat lebih bebas dan lebihh leluasa dalam mengungkap keyakinan-keyakinan mereka. Wawancara dapat mengambil sekitar 30 orang sebagai perwakilan dari sekian banyak pengunjung, yang dating kesana yang bertujjuan untuk melakuakan jiarah. Dan kemudian untuk dapat menambah teknik pengumpulan data tersebut juga di perlukan adanya dokomentasi untuk kelengkapan data. Dan berikutnya kemudian dari hasil wawancara tadi kemudian di analisis.
E. Diskripsi makam
Makam ini terletak di Banjarmasin atau tepatnya pada kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Lokasi makam letaknya gak terpencil tapi masih disekitar jalan utama, yang juga merupakan kawasan pemukiman warga.
pada makam tersebut tidak di jaga dengan ketat, tetapi masyarakat masih memperhatiakan kondisi makam tersebut dengn melakuakn perawatan.
Makam yangdikeramatkan in tanpaknya sangat sulit untuk dikethui denbgan lebih jauh karena orang ang mengetahui asal usul dari seorang tokoh yang dikubur pada makam tersebut tanpaknya sangat sulit untuk mencarinya, karena hanya orang-orang tertentu yan dapat mengetahui asal usul dari tokoh tersebut.
Daftar pustaka
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1970
Daud, Alfani, 1997. Islam Dan Masyarakat Banjar. Jakarta.
PT. Raja Grafindo.
Http://www.indomedia.com/bpost/pudak/journal/islam. Htm#1
http://www.insistnet.com - INSISTS - Institute for The Study of Islamic Thought and PCoivwileizreadtio bny Mambo Generated: 12 November, 2007, 06:36
Azharibrahimalwee, aibrahim@ne.edu.sg
Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (Bandung : Mizan, 1999), cet. VII.
ARMANSYAH, http://www.geocities.com/arman_syah/
Masyhur, Kahar, Ilmu Perbandingan Agama, Depag, Jakarta; 1970.