Sexy Banget

Kamis, 02 Desember 2010

Biografi Karel A. Steenbrink

Karel A. Steenbrink lahir di Breda, negeri belanda 1942. ia sebagai anak ke 10 dari-12 dalam lingkungan keluarga dan tradisi Katolik yang taat. Di tengah keluarga itu, ia memang sudah terbiasa dengan kehidupan yang ‘pluralis’ sebagaimana dia temukan dalam sikap orang tuanya. “…sikap keagamaan ayah dan ibu agak berbeda malah kadang bertentangan,”Demikian Steenbrink. Ayahnya seorang ritualais, suka berpegang kepada peraturan yang di berikan dari atas, senang ikut kebaktian formal, yaitu misa kudus setiap pagi di Gereja Paroki. Sedang ibunya jarang pergi beribadat di gereja selain pada hari Minggu; sang ibu lebih cenderung pada ibadat individual. Kalau pulang dari pasar, ibunya mampir sebentar di Gereja Ketedral, membakar lilin di depan patung Maria, kemudian duduk hening berapa menit. Demikian ini di rasakannya sudah cukup. Karel A. Steenbrink, “baginya jauh lebih penting menemani semua anaknya pada sarapan pagi, duduk, ngobrol, minum teh bersama, dari pada terlalu sering ke gereja. “Sementara sang ayah sebegitu suka pada patung, mambakar lilin apalagi berziarah yang di sertai piknik dan ekskursi bertamasya. Itu dianggap terlalu mencampuri keseriusan agama dengan tujuan rekreasi belaka. “walaupun ada perebedaan seperti itu, maka dapat hidup dalam suatu perkawinan yang bahagia selama 55 tahun dan tetap beragama katolik sampai wafat, “demikian Steenbrink.
Di kota ke lahirannya itu, ia memperoleh pendidikan tradisional, dimana masih diajarkan bahasa “klasik”, yaitu Yunani dan Latin. Bahkan ketika duduk di sekolah menengah, Steenbrink sempat belajar bahasa Latin selama 6 tahun dan bahasa Yunani selama 5 tahun dengan guru pastur Katolik. Pada sekolah ini Steenbrink mulai menunjukkan sikap yang kritis, misalnya ketika diajarkan beberapa bahan, misalnya mengenai cerita tentang para dewa dan para ahli filsafat Latin dan Yunani: Vergillius, Ovidus, Homerus, Plato, Heredotus, termasuk cerita yang aneh-aneh mengenai dewa yang melihat wanita cantik di bumi ini dan berkunjung kepadanya yang akhirnya keluarga dewapun bertambah lagi, maka ia pun bertanya kepada gurunya: kapan kita akan mulai membaca Injil? Di jawab: “Injil di tulis dalam bahasa Yunani yang kurang sempurna! Jangan membaca itu sekarang.
Selanjutnya setelah menamatkan studinya pada sekolah menengah, ia melanjtukan ke sekolah teologi pada Catholic University of Nijmagen, belanda dan mendapat gelar MA (1970). Karena merasa tidak puas dengan studinya yang hannya mempelajari bahan kuliah dari buku saja, maka ia mencari kemungkinan untuk mendapatkan pengalaman. Setelah mendapatkan sponsor dan melakukan lobbying, kemudian ia berkesempatan mengadakan penelitian mengenai pesantren di Indonesia (1970-1971). Untuk ia mendapat gelar Ph.D dengan disertasi yanng berjudul: Pesantren, Madrasah, Sekolah: Recente Ontwikkelingen Indonesisch Islamoderricht (with English summary)
Karirnya dimulai pada tahun 1973-1978 sebagai guru agama pada School di Eindhoven tahun 1978-1989 berkesempatan mengikuti program kerjasama antara Universitas Leiden dan Institut Agama Islam Negeri (The National Institute of Islamic Studies of Indonesian), yaitu di Leiden (1978-1979), Jakarta (1981-1983) dan Yogyakarta (1984-1988): sejak 1989-(sampai sekarang) sebagai penelity senior pada IIMO (the interuniversity Institute of Islamic Studies, McGill University di Monstreal, Canada.
Saat ini di samping menjalankan tugasnya di IIMO pada dept. of Religion Utrecht University, bersama Paule, sang istri, Steenbrink banyak menghabiskan waktunya bagi upaya-upaya untuk dialog dan hubungan antar agama, misalnya mengelola majalah Begrip, untuk hubungan antar agama, misalnya mengelola majalah Begrip, untuk hubungan Kristen-Muslim di Belanda, majalah Steenbrink-Times, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teman-teman yang mendukung, yaitu :