Banyak dari orang yang belajar mengikuti ajaran dari sang budha, untuk menjalani hidup dalam kesehariannya dengan mempelajari damma akan tetapi merika masih saja terjadi suatu penyimpangan , namun hal itu masih dapat diatasi dengan mengingatkan diri tetang aturan dasar moral, sehinga merika masih dapat kembali kedalam jalur ajaran sang budha. Orang mulai belajar ajaran dari sang budha, terutama masalah sila,[1]maka harus dilakukan yang benar-benar telah menunujukkan jalan merika kepada jalan yang utuh dan murni. Yaitu kembali kepada kemurnian dasar manusia atau sifat kemanusiaannya dari manusia itu sendiri. Dalam hal ini moralitas atau sila dapat menghubungkan suatu masalah antara yang baik dengan yang buruk, antara yang baik dengan yang buruk. Maka kebaikan moral menjadi berarti, tetapi hal itu harus dapat dipraktikan. Kebaikan harus dilakukan, kejahatan harus dihilangkan, tidak cukup hanya mengetahui apa yang baik dan jahat. Tetapi harus dengan suatu tindakan yang berkenaan dengan moralitas. Yaitu menempatkan prinsip-prinsip tersebut dalam praktik sehari-hari.
Moral yang ada pada budhisme merupakan suatu fondasi yang sangat bermanfaat bagi manusia, terutama pada pertumbuhan perorangan dan sosial. Dengan mengadari atau memahami tujuan tersebut maka orang akan mengetahui betapa banyak keuntungan yang diberikannya. Ketika dari waktu-kewaktu akan mengalami kemajuan dalam menuju kepada pengembangan diri. Sehingga kita akan berhadapan dengan suatu tindakan baik atau jahat, benar atau salah. Sehingga ada tiga faktor etika budhis dalam hubungannya dengan sesuatu yang bersifat karma yaitu, suatu tindakan yang mempunyai maksud. Yang pertama, maksud itu sendiri yang yang memutivasi tindakan. Kedua, efek dari tindakan pada pelaku. Ketiga, efek tindakan tersebut pada orang lain. Jika maksud baik oleh cinta di mutivasi oleh cinta dan belas kasih, maka hasil dari pelaku ada manfaatnya dan jika orang-orang yang di kenai tindakan itu juga akan mengalami suautu tindaka positif, maka tindakan akan di anggab baik. Akan tetapi, tindakan akan berakar pada kualitas mental yang negatif akan menghasilkan kebencian dan keegoisan, maka tidak akan menghasilkan asas manfaat. Suatu tindakan tertentu mungkin muncul sebagai suatu tindakan campuran dari per buatan baik dan buruk, tanpa harus memedulikan hasil yang akan dicapai. Sehingga suatu tindakan akan menentukan hasil yang akan dicapai pada nantinya, apakah itu baik atau buruk. Hal yang demikian tergantung dari tujuan dari orang tersebut.
Namun aturan moral Budhis didasarkan pada Dhamma, dan dhamma mencerminkan nilai abadi seperti belas kasih, rasa hormat, pengendalian diri, kejujuran, dan kebijaksanaan. Karena nilai-nilai yang ada di dalam dhamma sangat diagungkan, dihargai, dan di ikuti. Pada dasarnya nilai-nilai ini menjadi relevan dengan dengan lingkungan sosial manusia. Aturan moral Budhis tersebut antara lain;
Yang pertama, mengatur dan menasihati untuk tidak menghancurkan kehidupan. Yang berdasarkan pada prinsip keinginan baik dan rasa hormat terhadap hak hidup bagi seetiap makhluk hidup.
Yang kedua, tidak mengambil barang yang tidak diberikan oleh orang lain,karena kita harus menjunjung rasa hormat yang sangat tinggi.
Aturan yang ketiga, tidak menyenangkan diri dengan perlakuan seksual yang tidak sesuai, maupun menghindari dari perbuatan cabul, perzinaan, dan seks bebas.
Aturan yang keempat, tidak berdusta atau mengambil jalan yang salah. Hal itu merupakan suatu faktor yang terpenting di dalam kehidupan dan hubungan sosial.
Dan yang terkhir dari lima aturan moral Budhis yaitu tidak minum-minuman keras, karena dengan tidak minum berarti kita telah memelihara kesadaran yang ada di dalam diri kita sendiri,sehingga kita dapat bertanggung jawab, baik secara sosial an bahkan dapat terhindar dari mara bahaya yang tidak kita sadari selama masih dalam kaadaan minum (saat sedangmabuk akan minum-minuman tersebut).
[1]Sila dalam bahasa pali berarti moralitas yang mempunyai gagasan tersendiri tentang ajaran yang terkandung di dalam ajaran dari sang budha itu sendiri. Sehingga untuk itu merika mencoba lebih jauh lagi meneladani sikap dari sang budha dengan menjalankan norma-norma yang telah dilakukan oleh budha itu sendiri.